tag:blogger.com,1999:blog-62018378485573701922024-03-05T13:16:16.928-08:00MY E HouseMy E house zona bebas berekspresi, bebas berteriak, bebas berkarya. tempatnya orang-orang yang hidupnya penuh ekspresi, penuh kreasi.
blog ini di buat untuk memenuhi hasrat para manusia yang penuh dengan karya. walaupun pada blog ini memuat karya orang lain. tapi disini Qta mencoba untuk berbagi bersama apa yang ada di hidup kita. express your self. blog ini memuat karya sendiri dan tulisan karya orang lain.....MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-21078604535756255702008-06-17T08:13:00.000-07:002008-06-17T09:10:18.044-07:00AKASHU MAX COMBUST & POWER HPA 08<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0Ao_n6CppouKUE7iEdhav94nhuGN9Igw4DsYHmQ_8H56uESUq8z9y1tpVjlJMlbUZgKe-VulSHTrlu6VNP7c7ZIxIh1MxVxFrK3YK1fVNrC48ANAkyZBito_OI7Y_ed5TYi4j5iWwrtY/s1600-h/aVGcYAS.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0Ao_n6CppouKUE7iEdhav94nhuGN9Igw4DsYHmQ_8H56uESUq8z9y1tpVjlJMlbUZgKe-VulSHTrlu6VNP7c7ZIxIh1MxVxFrK3YK1fVNrC48ANAkyZBito_OI7Y_ed5TYi4j5iWwrtY/s320/aVGcYAS.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5212881587288799138" border="0" /></a>Kami mo memperkenalkan produk anak bangsa terbaru yaitu <b><span style="font-weight: bold;">AKASHU MAX COMBUST & POWER HPA 08</span></b><div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;"> yang telah diuji coba lapangan langsung dan terbukti:<br /></span></span></span><div style="text-align: justify;"><br /></div></div> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ></span></span> </div> <ul><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Meningkatkan nilai oktan bensin hingga 3 RON (Research OCtane Number) - dari oktan 88 menjadi 91</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Meningkatkan titik bakar Solar (buat yang pake bahan bakar solar)</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Konsumsi bensin dan solar menjadi 30 % lebih irit</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Terbebas dari knocking</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Performa mesin meningkat drastis</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Tarikan mesin menjadi responsive dan enteng</span></span></span></div></li><li> <div style=";font-family:arial,helvetica,sans-serif;font-size:10pt;"><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"><span style=";font-family:Arial;font-size:10;color:navy;" ><span style="color:#000000;">Kerja mesin menjadi lebih efisien dan awet</span></span></span></div></li></ul><br />yang berminat dapat menghubungi sayah di retrloverz@plasa.com<br />harga nego.<br />terjamin mutunyah.MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-21955938205240340002008-06-13T10:52:00.001-07:002008-06-13T10:56:06.370-07:00materi kuliah SPTBAGIAN-BAGIAN BUNGA<br />A. Bersifat seperti batang atau cabang<br /><br /> 1. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis, rhachis)<br /> Bagian yang merupakan terusan dari batang/cabang yg mendukung bunga majemuk<br /> 2. Tangkai bunga (pedicellus)<br /> Cabang ibu tangkai yang mendukung bunga<br /> 3. Dasar bunga (receptaculum)<br /> Ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga<br />Bagian bunga yang bersifat seperti batang<br />B. Bersifat seperti daun<br />1. Daun daun pelindung (bractea) <br /> Bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya<br />2. Daun tangkai (bracteola)<br /> Satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga<br />3. Seludang bunga (spatha)<br /> Daun pelindung yg menyelubungi seluruh bunga majemuk diwaktu sebelum mekar<br />4. Daun daun pembalut (bractea involucralis, involucrum)<br /> Sejumlah daun daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran<br />5. Kelopak tambahan <br /> (epicalyx)<br /> Bagian bagian serupa daun, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak<br />6. Daun-daun kelopak (sepalae)<br />7. Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae)<br />8. Benang-benang sari (stamina)<br />10. Daun-daun buah (carpella)<br />11. Daun-daun tenda bunga (tepalae)<br /> Jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya<br /><br />KELENGKAPAN BAGIAN-BAGIAN BUNGA <br /> Bunga lengkap atau sempurna <br /> (flos completus)<br /> Terdiri dari :<br /> 1 lingkaran daun-daun kelopak, <br /> 1 lingkaran daun-daun mahkota, <br /> 1 atau 2 lingkaran benangsari <br /> 1 lingkaran daun-daun buah.<br /> Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos incompletus)<br /> Salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu kelaminnya tidak ada<br /><br />KELAMIN BUNGA<br />a. Bunga banci / berkelamin dua (hermaproditus) <br /> Bunga yang mempunyai benang sari dan putik dalam satu kuntum<br />b. Berkelamin tunggal (unisexual)<br /> - bunga jantan (flos masculus)<br /> pada bunga hanya terdapat benangsari, tanpa adanya putik<br /> - bunga betina (flos feminus)<br /> bunga yang tidak mempunyai benangsari, hanya mempunyai putik saja.<br /><br />c. Bunga mandul / tidak berkelamin<br /> bunga yang tidak mempunyai benang sari maupun putik<br /><br />TUMBUHAN BERDASARKAN <br />KEBERADAAN KELAMIN BUNGANYA<br />1. Berumah satu (monoecus)<br /> tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan)<br />2. Berumah dua (dioecus)<br /> bunga jantan dan bunga betina terpisah pada individu yang berlainan<br />3. Poligam (polygamus)<br /> pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama<br /><br />- gynodioecus<br /> jika pada satu individu hanya terdapat bunga betina dan pada individu yang lain terdapat bunga banci <br />- androdioecus<br /> jika pada satu individu hanya terdapat bunga jantan dan pada individu yang lain terdapat bunga banci<br />- monoeco-polygamus<br /> jika pada satu individu terdapat bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama.<br />- gynomonoecus<br /> jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama<br />- trioecus atau trioeco-polygamus<br /> jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci terdapat terpisah pada individu yg berlainan<br /><br />LETAK DAN SUSUNAN <br />BAGIAN-BAGIAN BUNGA<br />ACYCLIS<br />Bagian-bagian bunga tersusun menurut grs spiral<br /><br />CYCLIS<br />Bagian-bagian bunga tersusun dalam lingkaran<br />HEMICYCLIS<br />Sebagian bagian-bagiannya duduk dlm lingkaran dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral<br />SIMETRIS BUNGA<br />1. Tidak simetris (asimetris)<br /> jika bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetris dgn jalan apapun juga<br />2. Setangkup tunggal (monosimetris/zygomorphus)<br /> jika pada bunga hanya dpt dibuat satu bidang simetri saja, yg membagi bunga menjadi dua bagian yg setangkup.<br /> - setangkup tegak<br /> - setangkup mendatar<br /> - setangkup miring <br />3. Setangkup menurut dua bidang <br /> (bilateral simetris / disimetris)<br /> bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetris yang tegak lurus satu sama lain<br />4. Beraturan atau simetris banyak (actinomorphus)<br /> bunga yang dapat dibagi oleh banyak bidang simetris<br />Beraturan atau simetris banyak <br />(actinomorphus)<br /><br />STRUKTUR BUNGA<br />TANGKAI BUNGA (PEDICELUS)<br />Sumbu yang diujungnya mengalami modifikasi perkembangan bakal daunnya shg menjadi daun-daun bunga.<br />Tangkai bunga sering dilengkapi dengan :<br /> - daun tangkai (brakhteola)<br /> - daun pelindung (brakhtea)<br />DASAR BUNGA (RECEPTACULUM)<br />BERDASARKAN BAGIAN BUNGA YANG DIDUKUNGNYA<br /><br /> - Antofor (anthophorum) : <br /> pendukung tajuk bunga<br /> - Androfor (androphorum) : <br /> pendukung benang sari <br />- Gynifor (gynophorum) : <br /> pendukung putik<br />- Androgynofor (androgynophorum) : pendukung benangsari dan putik<br />- Discus : <br /> dasar bunga yang melebar dan membentuk cakram<br /><br />BENTUK DASAR BUNGA<br /><br />- Rata<br /> semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga<br />- Kerucut<br /> putik berada di tengah dan duduk paling tinggi pada dasar bunga<br />- Cawan<br /> daun-daun kelopak dan tajuk duduk di pinggir bangunan sprt cawan dan putik duduk ditengah dasar bunga yang letaknya lebih rendah<br /><br />- Mangkuk<br /> kelopak dan tajuk bunga letaknya lebih tinggi daripada putik.Bakal buah terletak di bagian dasar bunga yg legok dan ebagian bakal buah berlekatan dengan pinggir dasar bunga<br /><br /><br />LETAK HIASAN BUNGA <br />DAN DUDUK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA<br /><br />- Hipogin (hypogynus)<br /> jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yg lebih rendah dari pada tempat duduknya putik <br />- Perigin (perigynus)<br /> letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya bakal buah<br />- Epigin (epigynus)<br /> seakan-akan hiasan bunga duduk dibagian atas bakal buah<br /> KELOPAK (CALYX)<br />STRUKTUR DAUN KELOPAK<br />- Sepal (sepalum)<br />- Rambut (pilus)<br />- Daun pemikat (lokblad)<br />- Kelopak tambahan (epikcalyx)<br /><br />PERLEKATAN DAUN KELOPAK<br /><br /> Berlekatan (gamosepalus/synsepalus)<br />- Berbagi (partitus)<br /> hanya bagian kecil daun-daun yang berlekatan, pancung-pancungnya panjang, lebih separoh panjang kelopak<br />- Bercangap (fissus)<br /> bagian yang berlekatan kira-kira separoh panjang kelopak<br />- Berlekuk (lobatus)<br /> bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak<br /> Terpisah (polysepalus/chorisepalus)<br /> Jika daun-daun kelopak benar benar terpisah, tidak ada bagian yang berlekatan<br /><br />BENTUK DAUN KELOPAK<br />• Beraturan atau aktinomorf (actinomorphus / regularis)<br /><br /> dapat berbentuk :<br /> - bintang - piala<br /> - tabung - corong<br /> - terompet - lonceng dll.<br /> - mangkuk<br />• Setangkup tunggal (zygomorphus)<br /> dapat berbentuk :<br /> - bertaji (calcaratus)<br /> - berbibir (labiatus)<br />WARNA DAUN KELOPAK<br /> - Hijau<br /> - Berwarna<br />WAKTU GUGURNYA KELOPAK PADA BUNGA<br /> - Kelopak segera tanggal (caducus)<br /> gugur sebelum bunga mekar sempurna.<br /> - Kelopak tanggal (deciduus)<br /> gugur setelah terjadi pembuahan<br /> - Kelopak bertahan (persistens)<br /> melekat sampai terbentuk buah<br /><br />TAJUK (COROLLA)<br /> Tajuk dibentuk oleh daun-daun tajuk (petal)<br />PERLEKATAN DAUN TAJUK<br /> Petal berlekatan <br /> (sympetalus, gamopetalus)<br /> - tabung (tubus)<br /> - leher (faux)<br /> - pinggiran (limbus)<br />b. Petal terpisah<br /> (choripetalus, polypetalus)<br /> Permukaan tidak rata : berlekuk, bercangap, berbagi Petal menyempit di bagian pangkal menjadi serupa kuku, <br />bagian-bagiannya :<br />-kuku (unguis) : bagian pangkal yg sepit<br />- papan (lamina) : bagian yg lebar & pipih<br />- sisik(squama) : tonjolan di daerah antara kuku dan papan<br /><br />BENTUK DAUN TAJUK<br />1. Teratur (actinomorphus, regularis)<br />- bentuk bintang (stellatus)<br />- bentuk roda (rotatus) <br />- bentuk terompet (hypocrateriformis)<br />- bentuk piala (urceolatus)<br />- bentuk lonceng (campanulatus)<br />- bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus)<br />2. Zigomorf (zygomorphus)<br />- Taji (calcaratus)<br />- Berbibir (labiatus)<br />- Bertopeng (personatus)<br />- Seperti kupu-kupu (papilionatus) :<br /> a. lunas (carina)<br /> b. sayap (alae)<br /> c. bendera (vexilum)<br /><br />- Seperti pita (ligulatus)<br /><br />WARNA DAUN TAJUK<br /><br />- Putih (albus)<br />- Kuning (flavus)<br />- Oranye (aurantiacus)<br />- Merah (ruber)<br />- Coklat (brunneus)<br />- Ungu (violaceus)<br />- Biru (caeruleus)<br />- Hijau (viridis)<br />- Kelabu (griseus)<br />- Hitam (niger)<br />- Bening (transparan)<br /><br />TENDA BUNGA <br />(PERIGONIUM)<br />Hiasan bunga yang mempunyai bentuk hampir sama (bentuk kelopak dan kalik tidak bisa dibedakan) Tenda bunga dibentuk oleh daun-daun tenda bunga (tepala)<br /><br />BENTUK DAN WARNA <br />TENDA BUNGA<br /><br /> Serupa kelopak (calycinus)<br /> Warna hijau seperti daun-daun kelopak<br /> Serupa tajuk (corolinus)<br /> Warna bermacam-macam seperti daun tajuk<br /><br /><br />PERLEKATAN DAUN TENDA BUNGA <br /><br />a. Berlekatan (gamophyllum)<br /> dapat mempunyai bentuk yang beragam seperti pada daun tajuk<br /><br />b. Terpisah (pleiophyllum, choritepalum)<br /> tenda bunga dapat tersusun dalam dua lingkaran<br /><br />BENTUK TENDA BUNGA<br /><br />- bentuk bintang (stellatus)<br />- bentuk roda (rotatus)<br />- bentuk terompet (Hypocrateriformis)<br />- bentuk piala (urceolatus)<br />- bentuk lonceng (campanulatus)<br />- bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus)<br /><br />BENANG SARI (STAMEN)<br />BAGIAN-BANGIAN BENANG SARI<br />• Tangkai sari (filamen)<br />• Kepala sari (anthera)<br /> mempunyai :<br /> - dua atau lebih ruang sari (theca)<br /> - serbuk sari (pollen)<br />• Penghubung ruang sari (connectivum)<br />DUDUKNYA BENANG SARI PADA BUNGA<br />• Thalamiflorae<br /> Benang sari duduk pada dasar bunga<br />• Calyciflorae<br /> Benang sari tampak duduk di atas kelopak<br />• Corolliflorae<br /> Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga<br />• Ovuliflorae<br /> Benang sari tampak duduk pada bakal buah yang tenggelam<br /><br />JUMLAH BENANG SARI<br />• Banyak<br /> dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 <br />• 2 x lipat jumlah daun tajuk<br />• 2 x lipat jumlah daun tajuk<br /> - diplostemon (diplostemonus)<br /> benang sari pada lingkaran luar duduk berseling dengan daun tajuk<br /><br /> - obdiplostemon (obdiplostemonus)<br /> benang sari pada lingkaran dalam duduk berseling dengan daun tajuk<br />• Sama banyak dengan daun tajuk/kurang<br /> - episepal (episepalus)<br /> berhadapan dengan daun daun kelopak, berseling dengan daun tajuk<br /> - epipetal (epipetalus)<br /> berhadapan dengan daun daun tajuk, berseling dengan daun kelopak<br /><br />UKURAN BENANG SARI<br />• Benang sari panjang dua (didynamus)<br /> dalam satu bunga terdapat 2 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya<br />• Benang sari panjang empat (tetradynamus)<br /> dalam satu bunga terdapat 4 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya<br />• Ginostemium (gynostemium)<br /> benang sari bersatu dengan putik dan membentuk suatu badan.<br /><br />TANGKAI SARI (FILAMEN)<br />• Berberkas / bertukal dua (diadelphus)<br /> benang sari terbagi menjadi dua kelompok, dengan tangkai yang berlekatan pada masing-masing kelompoknya.<br /> Jumlah benang sari pada masing-masing kelompok tidak sama.<br />• Berberkas / bertukal banyak (multidelphus)<br /> mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas<br /><br /><br />KEPALA SARI (ANTHERA)<br />Pada kepala sari terdapat :<br />• Dua ruang sari (theca)<br />• Kantong sari (loculumentum)<br />• Sebuk sari / tepung sari (pollen)<br /> mempunyai sifat :<br /> - lembut dan terpisah-pisah<br /> - bergumpal (tetrad pollinium)<br /> - lengket<br /><br />POSISI DUDUKNYA KEPALA SARI<br />• Tegak (innatus / basifixus)<br /> kepala sari bersambungan dengan tangkai sari pada bagian pangkalnya<br />• Menempel (adnatus)<br /> kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari<br />• Bergoyang (varsatilis)<br /> kepala sari melekat pada satu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat bergerak atau bergoyang.<br /><br />CARA MEMBUKANYA KEPALA SARI<br />• Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens)<br /> - menghadap ke dalam (introrsum)<br /> - menghadap ke samping (lateraliter)<br /> - menghadap ke luar (extrorsum)<br />• Celah melintang (transversaliter dehiscens)<br />• Liang di ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens)<br />• Kelep atau katup (valvis dehiscens)<br /><br />PERKEMBANGAN BENANG SARI<br />• Bekembang sempurna<br />• Tidak sempurna (staminodium)<br />• Tampak sisa-sisanya saja / rudimenter (rudimentum)<br /><br />PUTIK (PISTILLUM)<br />Putik disusun oleh daun-daun buah (carpellum) Keseluruhan daun-daun buah yang menyusun putik disebut <br />gynaecium<br /><br />MENURUT JUMLAH DAUN BUAH PENYUSUN PUTIK<br /> Putik tunggal (simplex)<br /> putik hanya tersusun oleh satu helai daun buah saja<br /> ex. Kacang kacangan (Leguminosae)<br /> Putik majemuk (compositus)<br /> putik tersusun oleh dua atau lebih daun buah<br /> ex. Kapas (Gossypium sp.)<br /><br />BAGIAN-BAGIAN PENYUSUN PUTIK<br /> Bakal buah (ovarium)<br /> Tangkai putik (stylus)<br /> Kepala putik (stigma)<br /><br />BAKAL BUAH (OVARIUM)<br />LETAK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA<br />• Menumpang (superus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga<br />• Setengah tenggelam (hemi inferus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, sebagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.<br />• Tenggelam (inferus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.<br /><br />PERLEKATAN DAUN BUAH <br /> Apokarp (pistillum apocarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah tidak berlekatan satu sama lain<br /> Senokarp (pistillum coenocarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain<br /> Parakarp (pistillum paracarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk satu putik dengan satu ruang.<br /> Sinkarp (pistillum syncarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk putik dengan ruang sesuai dengan jumlah daun buah.<br /><br />JUMLAH RUANG DALAM BAKAL BUAH<br />• Beruang satu (unilocularis)<br /> - tersusun atas satu daun buah saja<br /> ex. Leguminosae<br /> - tersususn dari banyak daun buah<br /> ex. Carica papaya <br />• Beruang dua (bilocularis)<br /> - tersusun atas dua daun buah<br /> ex. Brassicaceae<br />• Beruang tiga (trilocularis)<br /> tersusun atas tiga daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan tiga sekat <br /> ex. Euphorbiaceae<br />• Beruang banyak (multilocularis)<br /> tersusun atas banyak daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan banyak sekat dan terbentuk banyak ruangan<br /> ex. Durio zibethinus Murr.<br /><br />SEKAT-SEKAT DALAM BAKAL BUAH<br />• Sekat sempurna (septum completus)<br /> Sekat yang membagi bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang tersebut tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya.<br />• Sekat tidak sempurna (septum incomletus)<br /> Sekat yang membagi bakal buang menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang tersebut masih ada hubungan satu sama lain<br />Sekat ini masih dapat dibedakan :<br /> 1. Sekat asli (septum)<br /> sekat berasal dari sebagian daun buah yang melipat ke dalam dan berubah menjadi sekat<br /> ex. Durio zibethinus Murr.<br /><br /> 2. Sekat semu (septum spurius)<br /> sekat berasal dari suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah<br /> ex. Datura metel L.<br /><br />TEMBUNI (PLACENTA)<br />Bagian bakal buah yang mendukung bakal biji<br /><br />LETAK TEMBUNI PADA DAUN BUAH<br /> Marginal (marginalis)<br /> letaknya pada tepi daun buah<br /> Laminal (laminalis)<br /> letaknya pada helaian daun buah<br /><br />Letak tembuni pada bakal buah yang mempunyai satu ruang, dapat terjadi :<br /> - Perietal (parietalis)<br /> tembuni tertetak pada dinding bakal-bakal buah<br /> - Sentral (centralis)<br /> tembuni tertetak di pusat atau di poros bakal buah<br /> - Aksilaris (axilaris)<br /> tembuni tertetak di sudut tengah bakal buah<br /><br />BAKAL BIJI (OVULUM)<br />Bagian-bagian bakal biji :<br />1. lit bakal biji (integumentum)<br /> lapisan bakal biji paling luar<br /><br />2. Badan bakal biji (nucellus)<br /> jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji<br /><br />3. Kandung lembaga (saccus embryonalis)<br /> sel dalam nuselus yang mengandung sel telur<br /><br />4. Liang bakal biji (microphyl)<br /> liang pada kulit biji yang berfungsi untuk masuknya sel kelamin jantan pada proses pembuahan<br />5. Tali pusar (funiculus)<br /> pendukung bakal biji<br /><br />POSISI BAKAL BIJI PADA TEMBUNI<br /><br />• Tegak (atropus)<br /> bakal biji letaknya pada satu garis dengan tali pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan<br />2. Mengangguk (anatropus)<br /> liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, shg liang bakal biji berputar 180 derajat<br />3. Bengkok (campylotropus)<br /> tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, shg liang bakal biji berputar.<br />4. Setengah mengangguk (hemiatropus)<br /> hanya ujung tali pusarnya yang membengkok, shg tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudur 90 derajat <br />5. Melipat (camptotropus)<br /> tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, shg liang bakal biji menjadi sejajar dengan tali pusarnya<br /><br />TANGKAI KEPALA PUTIK (STYLUS)<br /> Bagian putik yang biasanya berbentuk benang, merupakan lanjutan dari bakal buah.<br /> Biasanya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (canalis stylinus) atau tidak<br /> Masih ada tangkai kepala putik yamg masih memperlihat-kan metamorfosa dari daun<br /> Ukuran bervariasi<br /><br />KEPALA PUTIK (STIGMA)<br /> Bagian putik yang terdapat pada ujung tangkai kepala putik<br /> Berguna untuk menangkap serbuk sari pada proses penyerbukan<br /> Ada yang mengandung cairan atau berperekat<br /> Bentuk bervariasiMY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-38849027164341838512008-06-13T10:52:00.000-07:002008-06-13T10:54:28.672-07:00materi kuliah SPTBAGIAN-BAGIAN BUNGA<br />A. Bersifat seperti batang atau cabang<br /><br /> 1. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis, rhachis)<br /> Bagian yang merupakan terusan dari batang/cabang yg mendukung bunga majemuk<br /> 2. Tangkai bunga (pedicellus)<br /> Cabang ibu tangkai yang mendukung bunga<br /> 3. Dasar bunga (receptaculum)<br /> Ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian-bagian bunga<br />Bagian bunga yang bersifat seperti batang<br />B. Bersifat seperti daun<br />1. Daun daun pelindung (bractea) <br /> Bagian-bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya<br />2. Daun tangkai (bracteola)<br /> Satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga<br />3. Seludang bunga (spatha)<br /> Daun pelindung yg menyelubungi seluruh bunga majemuk diwaktu sebelum mekar<br />4. Daun daun pembalut (bractea involucralis, involucrum)<br /> Sejumlah daun daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran<br />5. Kelopak tambahan <br /> (epicalyx)<br /> Bagian bagian serupa daun, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak<br />6. Daun-daun kelopak (sepalae)<br />7. Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae)<br />8. Benang-benang sari (stamina)<br />10. Daun-daun buah (carpella)<br />11. Daun-daun tenda bunga (tepalae)<br /> Jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya<br /><br />KELENGKAPAN BAGIAN-BAGIAN BUNGA <br /> Bunga lengkap atau sempurna <br /> (flos completus)<br /> Terdiri dari :<br /> 1 lingkaran daun-daun kelopak, <br /> 1 lingkaran daun-daun mahkota, <br /> 1 atau 2 lingkaran benangsari <br /> 1 lingkaran daun-daun buah.<br /> Bunga tidak lengkap atau tidak sempurna (flos incompletus)<br /> Salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu kelaminnya tidak ada<br /><br />KELAMIN BUNGA<br />a. Bunga banci / berkelamin dua (hermaproditus) <br /> Bunga yang mempunyai benang sari dan putik dalam satu kuntum<br />b. Berkelamin tunggal (unisexual)<br /> - bunga jantan (flos masculus)<br /> pada bunga hanya terdapat benangsari, tanpa adanya putik<br /> - bunga betina (flos feminus)<br /> bunga yang tidak mempunyai benangsari, hanya mempunyai putik saja.<br /><br />c. Bunga mandul / tidak berkelamin<br /> bunga yang tidak mempunyai benang sari maupun putik<br /><br />TUMBUHAN BERDASARKAN <br />KEBERADAAN KELAMIN BUNGANYA<br />1. Berumah satu (monoecus)<br /> tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan)<br />2. Berumah dua (dioecus)<br /> bunga jantan dan bunga betina terpisah pada individu yang berlainan<br />3. Poligam (polygamus)<br /> pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga banci bersama-sama<br /><br />- gynodioecus<br /> jika pada satu individu hanya terdapat bunga betina dan pada individu yang lain terdapat bunga banci <br />- androdioecus<br /> jika pada satu individu hanya terdapat bunga jantan dan pada individu yang lain terdapat bunga banci<br />- monoeco-polygamus<br /> jika pada satu individu terdapat bunga jantan, betina, dan banci bersama-sama.<br />- gynomonoecus<br /> jika pada satu individu terdapat bunga betina dan bunga banci bersama-sama<br />- trioecus atau trioeco-polygamus<br /> jika bunga jantan, bunga betina dan bunga banci terdapat terpisah pada individu yg berlainan<br /><br />LETAK DAN SUSUNAN <br />BAGIAN-BAGIAN BUNGA<br />ACYCLIS<br />Bagian-bagian bunga tersusun menurut grs spiral<br /><br />CYCLIS<br />Bagian-bagian bunga tersusun dalam lingkaran<br />HEMICYCLIS<br />Sebagian bagian-bagiannya duduk dlm lingkaran dan sebagian lain terpencar atau menurut garis spiral<br />SIMETRIS BUNGA<br />1. Tidak simetris (asimetris)<br /> jika bunga tidak dapat dibuat satu bidang simetris dgn jalan apapun juga<br />2. Setangkup tunggal (monosimetris/zygomorphus)<br /> jika pada bunga hanya dpt dibuat satu bidang simetri saja, yg membagi bunga menjadi dua bagian yg setangkup.<br /> - setangkup tegak<br /> - setangkup mendatar<br /> - setangkup miring <br />3. Setangkup menurut dua bidang <br /> (bilateral simetris / disimetris)<br /> bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang setangkup menurut dua bidang simetris yang tegak lurus satu sama lain<br />4. Beraturan atau simetris banyak (actinomorphus)<br /> bunga yang dapat dibagi oleh banyak bidang simetris<br />Beraturan atau simetris banyak <br />(actinomorphus)<br /><br />STRUKTUR BUNGA<br />TANGKAI BUNGA (PEDICELUS)<br />Sumbu yang diujungnya mengalami modifikasi perkembangan bakal daunnya shg menjadi daun-daun bunga.<br />Tangkai bunga sering dilengkapi dengan :<br /> - daun tangkai (brakhteola)<br /> - daun pelindung (brakhtea)<br />DASAR BUNGA (RECEPTACULUM)<br />BERDASARKAN BAGIAN BUNGA YANG DIDUKUNGNYA<br /><br /> - Antofor (anthophorum) : <br /> pendukung tajuk bunga<br /> - Androfor (androphorum) : <br /> pendukung benang sari <br />- Gynifor (gynophorum) : <br /> pendukung putik<br />- Androgynofor (androgynophorum) : pendukung benangsari dan putik<br />- Discus : <br /> dasar bunga yang melebar dan membentuk cakram<br /><br />BENTUK DASAR BUNGA<br /><br />- Rata<br /> semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga<br />- Kerucut<br /> putik berada di tengah dan duduk paling tinggi pada dasar bunga<br />- Cawan<br /> daun-daun kelopak dan tajuk duduk di pinggir bangunan sprt cawan dan putik duduk ditengah dasar bunga yang letaknya lebih rendah<br /><br />- Mangkuk<br /> kelopak dan tajuk bunga letaknya lebih tinggi daripada putik.Bakal buah terletak di bagian dasar bunga yg legok dan ebagian bakal buah berlekatan dengan pinggir dasar bunga<br /><br /><br />LETAK HIASAN BUNGA <br />DAN DUDUK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA<br /><br />- Hipogin (hypogynus)<br /> jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yg lebih rendah dari pada tempat duduknya putik <br />- Perigin (perigynus)<br /> letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya bakal buah<br />- Epigin (epigynus)<br /> seakan-akan hiasan bunga duduk dibagian atas bakal buah<br /> KELOPAK (CALYX)<br />STRUKTUR DAUN KELOPAK<br />- Sepal (sepalum)<br />- Rambut (pilus)<br />- Daun pemikat (lokblad)<br />- Kelopak tambahan (epikcalyx)<br /><br />PERLEKATAN DAUN KELOPAK<br /><br /> Berlekatan (gamosepalus/synsepalus)<br />- Berbagi (partitus)<br /> hanya bagian kecil daun-daun yang berlekatan, pancung-pancungnya panjang, lebih separoh panjang kelopak<br />- Bercangap (fissus)<br /> bagian yang berlekatan kira-kira separoh panjang kelopak<br />- Berlekuk (lobatus)<br /> bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak<br /> Terpisah (polysepalus/chorisepalus)<br /> Jika daun-daun kelopak benar benar terpisah, tidak ada bagian yang berlekatan<br /><br />BENTUK DAUN KELOPAK<br />• Beraturan atau aktinomorf (actinomorphus / regularis)<br /><br /> dapat berbentuk :<br /> - bintang - piala<br /> - tabung - corong<br /> - terompet - lonceng dll.<br /> - mangkuk<br />• Setangkup tunggal (zygomorphus)<br /> dapat berbentuk :<br /> - bertaji (calcaratus)<br /> - berbibir (labiatus)<br />WARNA DAUN KELOPAK<br /> - Hijau<br /> - Berwarna<br />WAKTU GUGURNYA KELOPAK PADA BUNGA<br /> - Kelopak segera tanggal (caducus)<br /> gugur sebelum bunga mekar sempurna.<br /> - Kelopak tanggal (deciduus)<br /> gugur setelah terjadi pembuahan<br /> - Kelopak bertahan (persistens)<br /> melekat sampai terbentuk buah<br /><br />TAJUK (COROLLA)<br /> Tajuk dibentuk oleh daun-daun tajuk (petal)<br />PERLEKATAN DAUN TAJUK<br /> Petal berlekatan <br /> (sympetalus, gamopetalus)<br /> - tabung (tubus)<br /> - leher (faux)<br /> - pinggiran (limbus)<br />b. Petal terpisah<br /> (choripetalus, polypetalus)<br /> Permukaan tidak rata : berlekuk, bercangap, berbagi Petal menyempit di bagian pangkal menjadi serupa kuku, <br />bagian-bagiannya :<br />-kuku (unguis) : bagian pangkal yg sepit<br />- papan (lamina) : bagian yg lebar & pipih<br />- sisik(squama) : tonjolan di daerah antara kuku dan papan<br /><br />BENTUK DAUN TAJUK<br />1. Teratur (actinomorphus, regularis)<br />- bentuk bintang (stellatus)<br />- bentuk roda (rotatus) <br />- bentuk terompet (hypocrateriformis)<br />- bentuk piala (urceolatus)<br />- bentuk lonceng (campanulatus)<br />- bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus)<br />2. Zigomorf (zygomorphus)<br />- Taji (calcaratus)<br />- Berbibir (labiatus)<br />- Bertopeng (personatus)<br />- Seperti kupu-kupu (papilionatus) :<br /> a. lunas (carina)<br /> b. sayap (alae)<br /> c. bendera (vexilum)<br /><br />- Seperti pita (ligulatus)<br /><br />WARNA DAUN TAJUK<br /><br />- Putih (albus)<br />- Kuning (flavus)<br />- Oranye (aurantiacus)<br />- Merah (ruber)<br />- Coklat (brunneus)<br />- Ungu (violaceus)<br />- Biru (caeruleus)<br />- Hijau (viridis)<br />- Kelabu (griseus)<br />- Hitam (niger)<br />- Bening (transparan)<br /><br />TENDA BUNGA <br />(PERIGONIUM)<br />Hiasan bunga yang mempunyai bentuk hampir sama (bentuk kelopak dan kalik tidak bisa dibedakan) Tenda bunga dibentuk oleh daun-daun tenda bunga (tepala)<br /><br />BENTUK DAN WARNA <br />TENDA BUNGA<br /><br /> Serupa kelopak (calycinus)<br /> Warna hijau seperti daun-daun kelopak<br /> Serupa tajuk (corolinus)<br /> Warna bermacam-macam seperti daun tajuk<br /><br /><br />PERLEKATAN DAUN TENDA BUNGA <br /><br />a. Berlekatan (gamophyllum)<br /> dapat mempunyai bentuk yang beragam seperti pada daun tajuk<br /><br />b. Terpisah (pleiophyllum, choritepalum)<br /> tenda bunga dapat tersusun dalam dua lingkaran<br /><br />BENTUK TENDA BUNGA<br /><br />- bentuk bintang (stellatus)<br />- bentuk roda (rotatus)<br />- bentuk terompet (Hypocrateriformis)<br />- bentuk piala (urceolatus)<br />- bentuk lonceng (campanulatus)<br />- bentuk lonceng tabung panjang (tubulosa-campanulatus)<br /><br />BENANG SARI (STAMEN)<br />BAGIAN-BANGIAN BENANG SARI<br />• Tangkai sari (filamen)<br />• Kepala sari (anthera)<br /> mempunyai :<br /> - dua atau lebih ruang sari (theca)<br /> - serbuk sari (pollen)<br />• Penghubung ruang sari (connectivum)<br />DUDUKNYA BENANG SARI PADA BUNGA<br />• Thalamiflorae<br /> Benang sari duduk pada dasar bunga<br />• Calyciflorae<br /> Benang sari tampak duduk di atas kelopak<br />• Corolliflorae<br /> Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga<br />• Ovuliflorae<br /> Benang sari tampak duduk pada bakal buah yang tenggelam<br /><br />JUMLAH BENANG SARI<br />• Banyak<br /> dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 <br />• 2 x lipat jumlah daun tajuk<br />• 2 x lipat jumlah daun tajuk<br /> - diplostemon (diplostemonus)<br /> benang sari pada lingkaran luar duduk berseling dengan daun tajuk<br /><br /> - obdiplostemon (obdiplostemonus)<br /> benang sari pada lingkaran dalam duduk berseling dengan daun tajuk<br />• Sama banyak dengan daun tajuk/kurang<br /> - episepal (episepalus)<br /> berhadapan dengan daun daun kelopak, berseling dengan daun tajuk<br /> - epipetal (epipetalus)<br /> berhadapan dengan daun daun tajuk, berseling dengan daun kelopak<br /><br />UKURAN BENANG SARI<br />• Benang sari panjang dua (didynamus)<br /> dalam satu bunga terdapat 2 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya<br />• Benang sari panjang empat (tetradynamus)<br /> dalam satu bunga terdapat 4 benang sari yang ukurannya lebih panjang dibanding dengan yang lainnya<br />• Ginostemium (gynostemium)<br /> benang sari bersatu dengan putik dan membentuk suatu badan.<br /><br />TANGKAI SARI (FILAMEN)<br />• Berberkas / bertukal dua (diadelphus)<br /> benang sari terbagi menjadi dua kelompok, dengan tangkai yang berlekatan pada masing-masing kelompoknya.<br /> Jumlah benang sari pada masing-masing kelompok tidak sama.<br />• Berberkas / bertukal banyak (multidelphus)<br /> mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas<br /><br /><br />KEPALA SARI (ANTHERA)<br />Pada kepala sari terdapat :<br />• Dua ruang sari (theca)<br />• Kantong sari (loculumentum)<br />• Sebuk sari / tepung sari (pollen)<br /> mempunyai sifat :<br /> - lembut dan terpisah-pisah<br /> - bergumpal (tetrad pollinium)<br /> - lengket<br /><br />POSISI DUDUKNYA KEPALA SARI<br />• Tegak (innatus / basifixus)<br /> kepala sari bersambungan dengan tangkai sari pada bagian pangkalnya<br />• Menempel (adnatus)<br /> kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari<br />• Bergoyang (varsatilis)<br /> kepala sari melekat pada satu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat bergerak atau bergoyang.<br /><br />CARA MEMBUKANYA KEPALA SARI<br />• Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens)<br /> - menghadap ke dalam (introrsum)<br /> - menghadap ke samping (lateraliter)<br /> - menghadap ke luar (extrorsum)<br />• Celah melintang (transversaliter dehiscens)<br />• Liang di ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens)<br />• Kelep atau katup (valvis dehiscens)<br /><br />PERKEMBANGAN BENANG SARI<br />• Bekembang sempurna<br />• Tidak sempurna (staminodium)<br />• Tampak sisa-sisanya saja / rudimenter (rudimentum)<br /><br />PUTIK (PISTILLUM)<br />Putik disusun oleh daun-daun buah (carpellum) Keseluruhan daun-daun buah yang menyusun putik disebut <br />gynaecium<br /><br />MENURUT JUMLAH DAUN BUAH PENYUSUN PUTIK<br /> Putik tunggal (simplex)<br /> putik hanya tersusun oleh satu helai daun buah saja<br /> ex. Kacang kacangan (Leguminosae)<br /> Putik majemuk (compositus)<br /> putik tersusun oleh dua atau lebih daun buah<br /> ex. Kapas (Gossypium sp.)<br /><br />BAGIAN-BAGIAN PENYUSUN PUTIK<br /> Bakal buah (ovarium)<br /> Tangkai putik (stylus)<br /> Kepala putik (stigma)<br /><br />BAKAL BUAH (OVARIUM)<br />LETAK BAKAL BUAH PADA DASAR BUNGA<br />• Menumpang (superus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga<br />• Setengah tenggelam (hemi inferus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, sebagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.<br />• Tenggelam (inferus)<br /> bakal buah duduk di atas dasar bunga yang cekung, seluruh bagian samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.<br /><br />PERLEKATAN DAUN BUAH <br /> Apokarp (pistillum apocarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah tidak berlekatan satu sama lain<br /> Senokarp (pistillum coenocarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain<br /> Parakarp (pistillum paracarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk satu putik dengan satu ruang.<br /> Sinkarp (pistillum syncarpum)<br /> bakal buah yang dibentuk oleh daun-daun buah berlekatan satu sama lain, membentuk putik dengan ruang sesuai dengan jumlah daun buah.<br /><br />JUMLAH RUANG DALAM BAKAL BUAH<br />• Beruang satu (unilocularis)<br /> - tersusun atas satu daun buah saja<br /> ex. Leguminosae<br /> - tersususn dari banyak daun buah<br /> ex. Carica papaya <br />• Beruang dua (bilocularis)<br /> - tersusun atas dua daun buah<br /> ex. Brassicaceae<br />• Beruang tiga (trilocularis)<br /> tersusun atas tiga daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan tiga sekat <br /> ex. Euphorbiaceae<br />• Beruang banyak (multilocularis)<br /> tersusun atas banyak daun buah, yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan sehingga terbentuk bakal buah dengan banyak sekat dan terbentuk banyak ruangan<br /> ex. Durio zibethinus Murr.<br /><br />SEKAT-SEKAT DALAM BAKAL BUAH<br />• Sekat sempurna (septum completus)<br /> Sekat yang membagi bakal buah menjadi lebih dari satu ruang dan ruang-ruang tersebut tidak mempunyai hubungan satu dengan lainnya.<br />• Sekat tidak sempurna (septum incomletus)<br /> Sekat yang membagi bakal buang menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang tersebut masih ada hubungan satu sama lain<br />Sekat ini masih dapat dibedakan :<br /> 1. Sekat asli (septum)<br /> sekat berasal dari sebagian daun buah yang melipat ke dalam dan berubah menjadi sekat<br /> ex. Durio zibethinus Murr.<br /><br /> 2. Sekat semu (septum spurius)<br /> sekat berasal dari suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah<br /> ex. Datura metel L.<br /><br />TEMBUNI (PLACENTA)<br />Bagian bakal buah yang mendukung bakal biji<br /><br />LETAK TEMBUNI PADA DAUN BUAH<br /> Marginal (marginalis)<br /> letaknya pada tepi daun buah<br /> Laminal (laminalis)<br /> letaknya pada helaian daun buah<br /><br />Letak tembuni pada bakal buah yang mempunyai satu ruang, dapat terjadi :<br /> - Perietal (parietalis)<br /> tembuni tertetak pada dinding bakal-bakal buah<br /> - Sentral (centralis)<br /> tembuni tertetak di pusat atau di poros bakal buah<br /> - Aksilaris (axilaris)<br /> tembuni tertetak di sudut tengah bakal buah<br /><br />BAKAL BIJI (OVULUM)<br />Bagian-bagian bakal biji :<br />1. lit bakal biji (integumentum)<br /> lapisan bakal biji paling luar<br /><br />2. Badan bakal biji (nucellus)<br /> jaringan yang diselubungi oleh kulit bakal biji<br /><br />3. Kandung lembaga (saccus embryonalis)<br /> sel dalam nuselus yang mengandung sel telur<br /><br />4. Liang bakal biji (microphyl)<br /> liang pada kulit biji yang berfungsi untuk masuknya sel kelamin jantan pada proses pembuahan<br />5. Tali pusar (funiculus)<br /> pendukung bakal biji<br /><br />POSISI BAKAL BIJI PADA TEMBUNI<br /><br />• Tegak (atropus)<br /> bakal biji letaknya pada satu garis dengan tali pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan<br />2. Mengangguk (anatropus)<br /> liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena tali pusarnya membengkok, shg liang bakal biji berputar 180 derajat<br />3. Bengkok (campylotropus)<br /> tali pusar dan bakal bijinya sendiri membengkok, shg liang bakal biji berputar.<br />4. Setengah mengangguk (hemiatropus)<br /> hanya ujung tali pusarnya yang membengkok, shg tali pusar dengan liang bakal biji membuat sudur 90 derajat <br />5. Melipat (camptotropus)<br /> tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri yang melipat, shg liang bakal biji menjadi sejajar dengan tali pusarnya<br /><br />TANGKAI KEPALA PUTIK (STYLUS)<br /> Bagian putik yang biasanya berbentuk benang, merupakan lanjutan dari bakal buah.<br /> Biasanya berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (canalis stylinus) atau tidak<br /> Masih ada tangkai kepala putik yamg masih memperlihat-kan metamorfosa dari daun<br /> Ukuran bervariasi<br /><br />KEPALA PUTIK (STIGMA)<br /> Bagian putik yang terdapat pada ujung tangkai kepala putik<br /> Berguna untuk menangkap serbuk sari pada proses penyerbukan<br /> Ada yang mengandung cairan atau berperekat<br /> Bentuk bervariasiMY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-39494667017110825262008-06-13T10:47:00.000-07:002008-06-13T10:52:07.065-07:00makalahTUGAS TERSTRUKTUR<br /><p>PENDIDIKAN PANCASILA</p>Mengimplementasi Nilai – Nilai Pancasila <br />Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara<br /><br />DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL<br />UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN<br />FAKULTAS BIOLOGI<br />PURWOKERTO<br />2008<br /> <br />KATA PENGANTAR<br /><br /> Segala puji bagi Allah S.W.T raja bagi seluruh alam, yang telah memberikan rahmat, taufiq, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar. Sholawat dan salm-Nya semoga selalu tercurah limpahkan kepada rosul utusan Allah Muhammad S.A.W, kepada kluarganya sahabatnya serta umatnya yang selalu istiqomah di jalannya.<br /> Makalah ini merupakan tugas terstruktur dari matakuliah Pancasila. Makalah ini akan membahas tentang ”Implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”. Tujuan dari makalah ini diantaranya adalah untuk menghasilkan masyarakat dengan sikap dan prilaku, (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) berprikemanusiaan yang adl dan beradab, (3) mendukung persatuan bangsa, (4) mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan individu maupun golongan, (5) mendukung upaya untuk mewujudkan upaya suatu keadilan dalam masyarakat.<br /> Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kesempurnaan makalah ini terutama ditujukan kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah memberikan pencerahan dan telah membimbing kami pembelajaran dan diskusi.<br /> Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri pribadi penulis dan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik yang membangun dan saran dari para pembaca agar makalah jadi lebih baik dan sempurna.<br /> <br /> Purwokerto, Maret 2008<br /><br /> <br />BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br /> Pancasila adalah dasa filsafat negara Republik Indonesia.yang secara resmi disahkan oleh PPKI 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam pembukaan UUD1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi pancasila sebagai dasar negara mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokohdan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi pancasila. Dengan lain perkataan dalam kedudukan seperti ini pancasila tidak lagi diletakan sebagai dasar filsafatserta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik. <br /> Proses perumusan pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan) yang terdiri dari 62 anggota dengan ketuanya Dr Rajiman Widyo Diningrat. Sidang ini akan membicarakan tentang suatu calon rumusan dasar negara Indinesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah dalam sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Moh. Yamin, Soepomo dan Soekarno.<br /> BPUPK bersidang dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 juni 1945. Tanggal 1 juni 1945 Bung Karno menyampaikan pidatonya yang berisikan konsepsi usul tentang dasar falsafah negara yang diberi nama dengan pancasila yang berisikan 1. Kebangsaan Indonesia atau Nasionalisme, 2. Perikemanusiaan atau Internasionalisme, 3. Mufakat atau Demokrasi, 4. Kesejahteraan Sosial, 5. Ketuhanan yang Maha Esa. Dimana hasil sidang ini dirumuskan oleh panitia sembilan yaitu Soekarno, Hatta, Maramis, Abikusno Cokrosuyoso, Agus Salim, Kahar Muzakkir, Wahid Hasyim, Ahmad Subardjo, Mohammad Yamin. Pada tanggal 22 juni 1945 lahirlah dari hasil rumusan ini yang oleh Mohammad Yamin disebut dengan Piagam Jakarta yang berisikan rumusan lima dasar yang asalnya diambil dari usul pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945. Dimana dalam Piagam Jakarta ini dinyatakan bahwa Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.<br />Kemudian BPUPK ini mengadakan sidangnya lagi yang kedua dari tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945 untuk membicarakan rancangan undang undang dasar. Dimana setelah mengalami perubahan-perubahan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945, rancangan undang undang dasar inilah yang disahkan dan ditetapkan menjadi UUD 1945 dengan rumusan terakhir pancasila yang tercantum dalam preambule (pembukaan) UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945. Dimana bunyi dari pembukaan UUD 1945 adalah "Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ke Tuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" Maka jadilah Pancasila sebagai falsafah Negara yang disebut Indonesia.<br />Sila Pertama menetapkan Ketuhanan yang Maha Esa. Ini merupakan pengakuan sejarah bahwa bangsa indonesia adalah bangsa religius. Agama diyakini sebagai jalan hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Para pendiri negara menyadari bahwa perlu pemahaman ketuhanan sebagai tiang utama negara agar rakyat rela bela negara , ikhlas bergotong royong dan cinta akan tanah air. Bukankah seluruh agama sepakat tentang itu? Jadi Ketuhanan sebagai spirit emotion untuk menciptakan Kemanusiaan yang adil dan Beradad. Agama sangat mempunyai perhatian tentang perlunya menegakkan unsur unsur kemanusiaan kepada siapa saja dalam bentuk cinta dan kasih sayang. Lebih daripada itu kemanusiaan yang menjujung tinggi perlakuan berkeadilan. Dari sikap inilah akan muncul masyarakat yang beradab. Satu contoh anda memberi pekerjaan kepada orang lain. Itu artinya didalam diri anda telah terbentuk kemanusiaan karena mau membuka lapangan pekerjaan. Tapi anda juga harus menegakkan keadilan dengan memberikan upah yang pantas serta lingkungan kerja yang nyaman. Maka dengan demikian anda telah menjadi orang yang berlaku secara beradab. Negara menguras seluruh hasil alam dengan maksud untuk menciptakan keadilan bagi rakyat. Agar negara menjadi negara yang beradab. Lantas bagaimana bila hutan gundul , minyak makin berkurang depositnya dan lingkungan rusak sementara rakyat tetap samakin miskin dan bahkan harus menanggung hutang koleftif yang maha besar? Ini artinya negara yang tidak beradab.<br /> Bila kemanusiaan yang adil dan beradab itu sudah menjadi nafas kehidupan berbangsa dan bernegara maka sudah pasti akan tercipta Persatuan Indonesia , kesatuan dalam masyarakat. Karena tidak ada perasaan dikecilkan atau dipinggirkan. Semua masyarakat merasa satu jiwa untuk bahu membahu bela negara dan ikhlas berbuat untuk saling melindungi. Bila ada daerah yang tidak ingin mengakui Republik ini atau golongan yang menolak negara kesatuan RI maka itu semua akibat tidak adanya rasa keadilan. Semua upaya mempersatukan negara dengan kekuatan apapun tidak akan mampu kecuali rasa keadilan. <br /> Rasa keadilan akan mempersatukan masyarakat dari berbagai suku, agama dan daerah. Dari keadilan inilah kepemimpinan nasional dibentuk yang berlandaskan kepada Kerakyatan yang dipimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Artinya kepemimpinan nasional merupakan ruh dari keyakinan kepada tuhan yang harus menegakkan kasih sayang kepada sesama dengan sikap yang berkeadilan dan beradab. Tentu saja tidak ada nuansa diktator, totaliter. Tidak ada menang atau kalah dalam berpolitik. Semua masalah dan kepentingan golongan di selesaikan dengan cara musyawarah dengan bahasa hati bukan bahasa egoistis. Lihatlah bila dasar beragama dipermainkan maka agama menjadi komoditi dan keadilanpun dipermainkan maka kesatuan dihadapi dengan tangan besi. Kepemimpinanpun dilakukan dengan manifulasi politik dengan mempermainkan amanah rakyat. Sidang DPR pun menjadi ajang caci maki satu sama lain. Sikap santun yang diajarkan oleh agama sudah kabur dalam berpolitk. Karena politik sudah menjadi dewa untuk meraih kekuasaan dalam bentuk kesombongan dan ketamakan.<br /> Bila kepemimpinan terbentuk dengan didasarkan kepada keyakinan ketuhanan yang maha esa maka kepemimpinan itu bukan lagi sebagai rezeki tapi sudah menjadi amanah yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak.. Amanah untuk menegakkan keadilan ditengah masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keikhlasan untuk menegakkan amanah dengan rendah hati akan menimbulkan simpati rakyat untuk bersatu dan mengakui kepemimpinan nasional sebagai bagian dari kepercayaannya kepada Allah SWT. Akhirnya apapun yang disampaikan/diperintahkan oleh kepemimpinan itu akan didukung oleh rakyat karena bahasa pemimpin itu adalah bahasa hati yang bersumber dari Allah untuk tegaknya keadilan sosial. Sejarah telah mencatat jutaan rakyat relat mati untuk mempertahankan kemerdekaan negeri ini. Mereka adalah para suhada yang ikhlas mati demi mengikuti perintah pemimpinnya “ Merdeka atau mati“. Tidak akan ada keadilan sosial ditangah pemimpin yang lemah dalam beragama. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hanya akan menjadi impian tak berujung bila kepemimpinan hanya berorientasi pada kepentingan pribadi dan golongannya saja.<br /><br />A. Tujuan<br />Kedudukan dan fungsi pancasila bila mana kita kaji secara ilmiah memiliki manfaat yang bisa mewujudkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik dalam kedudukan sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa, ataupun sebagai idiologo bangsa.<br />Oleh karana itu dengan di adakannya penulisan makalah ini diharapkan bisa mengimplementasikan nilai-nilai dari pancasila. Tujuan mengimplementasikan nilai-nilai dasar pancasila adalah agar terwujudnya nilai-nilai yang tertera dalam pancasila sebagai tujuan hidup bangsa Indonesia, pandangan hidup, cita-cita moral yang meliputi watak yang sudah berakar dan membudaya bagi masyarakat Indonesia. Kita menyadari bahwa pancasila sebagai norma dasar dan nilai yang hidup, berkembang dalam kehidupan masyarakat indonesia. Nilai-nilai itu adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum, cita-cita mengenai kemerdekaan, keadilan sosial, politik, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Nilai-nilai itulah yang dirumuskan dan disatukan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945.<br />B. Perumusan Masalah<br /> Dari paparan pendahuluan di atas, untuk lebih menje¬laskan tentang penulisan ini, maka penyusun mengemukakan pokok masalah sebagai berikut:<br />a. Bagaimana Implementasi Pancasila dalam Bidang Filsafat, Ideologi, Sosial Budaya, dan Pendidikan?<br />b. Bagaimana Implementasi Pancasila dalam Bidang Hukum, Politik, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Ekonomi?<br />c. Bagaimana implementasi Pancasila dalam Bidang Pembangunan Nasional?<br />d. Bagaimana Implementasi Pancasila sebagai Benteng Ketahanan Nasional?<br />e. Apa yang menghambat Implementasi Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara?<br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br />Pendidikan pancasila merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, baik dengan keluarga, teman ataupun lingkungan sekitar dalam menjadikan warga negara yang berlandaskan pancasila sekaligus menjunjung tinggi persatuan dan keutuhan bangsa<br /> Penerapan Pancasila yang bersifat subjektif adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila pada setiap individu di dalam Negara dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan Pancasila yang bersifat objektif berkaitan dengan norma-norma hukum dan secara lebih luas dengan norma-norma kenegaraan. Namun sangatlah sulit untuk mengimplementasikan Pancasila secara objektif dalam bidang kenegaraan dapat terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh realisasi Pancasila yang subjektif, yaitu pelaksanaan Pancasila pada setiap individu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi dalam hal ini implementasi penerapan Pancasila secara objektif harus didukung dengan pelaksanaan Pancasila secara subjektif baik oleh setiap warga negara terutama oleh setiap penyelenggara negara, agar tidak mengalami suatu kegagalan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara yang tertib, dan teratur.<br /><br /><br />A. Implementasi Pancasila dalam Bidang Filsafat, Ideologi, Sosial Budaya, dan Pendidikan<br /><br />Kondisi paradoks pada berbagai arus kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai akibat derasnya globalisasi, telah menjadikan kurangnya wacana tentang Pancasila baik pada aras politik, budaya dan akademis. Dr. Kaelan melihat bahwa keadaan tersebut disebabkan oleh adanya kekacauan epistemologis dalam pemahaman tentang Pancasila. Tawaran yang diajukan untuk merevitalisasi nilai-nilai Pancasila adalah dengan mengembangkan nilai-nilai Pancasila melalui pengembangan Pancasila sebagai kerangka dasar pengembangan dasar epistemis ilmu; Pancasila sebagai landasan etis bagi pengembangan ilmu; Pancasila sebagai landasan filosofis pengembangan pendidikan yang berkepribadian Indonesia; dan nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai dalam realisasi normative dan praksis kehidupan bernegara dan berbangsa. Dengan demikian Pancasila sebagai sebuah sistem nilai semakin dapat dielaborasi lebih jauh.<br />Dr. M Sastrapratedja dalam perspektif budaya, berpegang pada “visi ke depan” yang dikemukakan oleh Prof Notonagoro, dan kerangka pemahaman cultural Pierre Bourdieu, memandang bahwa untuk mengkontektualisasi dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dibutuhkan suatu “mediasi”, dan melaluinya Pancasila dapat menjadi “habitus” bangsa Indonesia. Pancasila diharapkan menjadi perantara antara budaya objektif dan budaya subjektif. Dalam konteks Indonesia masa kini dan masa depan, pengembangan institusionalisasi nilai-nilai Pancasila meski mempertimbangkan perspektif multikulturalisme, unsur-unsur dan proses konstruksi identitas nasional, yang semuanya harus bermuara pada tujuan untuk semakin memanusiakan masyarakat Indonesia. Habitus yang diharapkan terbangun adalah sikap dasar yang mampu menghargai dan lebih toteran pada perbedaan cultural dan religius, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, mengembangkan budaya demokratis, dan menciptakan keadilan social. Dalam konteks inilah sebuah “visi ke depan” menjadi penting.<br />Terkait dengan proses institusionalisasi nilai-nilai Pancasila yang bervisi ke depan, Dr Sofyan Effendi memandang bahwa Pendidikan Tinggi memiliki peran dan fungsi yang strategis. Dengan berpijak pada identitas UGM sebagai universitas perjuangan yang secara histories mengemban pengembangan kajian-kajian tentang Pancasila, Sofyan Effendi memaparkan pentingnya dilakukan penyesuaian-penyesuaian structural dan mekanisme kelembagaan universitas, menyangkut kurikulum dan system administrasi akademik, yang memberi jaminan bagi tersedianya ruang kelembagaan bagi aktualisasi identitas, jati diri, dan nilai-nilai Pancasila. Dan dengan demikian, UGM sebagai institusi yang culture conserving, culture creating, dan civilizing institution akan semakin memberi dukungan pada kemampuan analisis lintas disipliner dan bahkan “non disipliner”. Dengan demikian tugas UGM sebagai universitas perjuangan mendapat peneguhan atas visi dan dasar moralnya untuk menghadapi tantangan jaman ke depan, yang di samping dituntut untuk membangun body of knowledge IPTEKS yang berparadigma Pancasila dan Filsafat Pancasila, juga dituntut untuk melahirkan putra-putri bangsa yang menguasai IPTEKS dan mampu menerjemahkan nilai-nilai universal ke dalam budaya bangsa sendiri.<br /><br />B. Implementasi Pancasila dalam Bidang Hukum, Politik, Pemerintahan, Pertahanan Keamanan dan Ekonomi<br /><br />Ideologi sangat penting, agar individu atau kolektivitas tersebut selalu konsisten dalam langkah dan pemikirannya serta tidak kehilangan arah. Ideologi yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal yang dapat menjamin kehidupan yang bermartabat (freedom to live in dignity) justru akan manimbulkan penderitaan kepada umat manusia.<br />Menurut Prof. Dr. Muladi S.H., dalam kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Pancasila dapat dijadikan sebagai margin of appreciation akan mengandung fungsi-fungsi sebagai: the line at which supervision should give way to State’s discretion in enacting or enforcing its law; striking(menemukan) a balance between a right quaranteed and a permitted derogation (or limitation); Move principle of justification than interpretation; Preventing unneccesarry restriction ; To avoid damaging dispute; A Uniform Standard of Protection ; Gives flexibility needed to avoid damaging confrontantions.<br />Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang bernuansa “law making process”; struktur hukum yang banyak bersentuhan dengan “law enforcement” maupun budaya hukum yang berkaitan dengan “law awareness”. Peranan Pancasila sebagai margin of appreciation yang mengendalikan kontekstualisasi dan implementasinya telah terjadi: (1) Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali proses amandemen; (2) Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia; (3) Pada saat proses internal di mana The Founding Fathers menentukan urutan Pancasila.<br />Dr. Bambang Kesowo, S.H. berpandangan bahwa Pancasila yang hanya dipandang sebagai alat pemersatu dalam era pasca kemerdekaan, yang karena kondisi obyektif bangsa masih berlanjut seperti tujuan penumbuhan paham kebangsaan tadi, pada gilirannya memang kurang menguntungkan, dan secara kurang proporsional telah meredusir peran dan fungsinya sebagai dasar negara. Sekarang diperlukan semacam konsensus politik yang baru dan jelas di tataran nasional untuk bersama-sama menata kembali dasar dan tatanan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan ini. Sasarannya adalah mempertegas kembali kedudukan, peran dan fungsi Pancasila sebagai ideologi negara beserta semua wawasan nasional yang merupakan jabarannya. Apapun cara, forum dan bentuknya, pada akhirnya perlu ada produk yang secara hukum memiliki kekuatan mengikat seluruh komponen bangsa.<br />Dalam mengkontekstualisasi dan mengimplementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, berpendapat bahwa Pancasila harus dapat ditafsir/interpretasi dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang ekonomi! Ini terus dikembangkan dengan prinsip dasar yg tetap namun terbuka untuk interpretasi yang kontekstual sejalan berkembangnya peradaban.<br />Pilar Sistem Ekonomi Pancasila meliputi: (1) ekonomika etik dan ekonomika humanistik (dasar), (2) nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi (cara/metode operasionalisasi), dan (3) ekonomi berkeadilan sosial (tujuan). Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi cukup dikaitkan dengan pilar-pilar di atas dan juga dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang harus dipecahkan oleh sistem ekonomi apapun. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah: (a) Barang dan jasa apa yang akan dihasilkan dan berapa jumlahnya; (b) Bagaimana pola atau cara memproduksi barang dan jasa itu, dan; (c) Untuk siapa barang tersebut dihasilkan, dan bagaimana mendistribusikan barang tersebut ke masyarakat.<br /><br />C. Implementasi Pancasila dalam Bidang Pembangunan Nasional<br /><br />Manusia menduduki tempat sentral pembangunan nasional, yaitu sebagai subjek dan objek pembangunan. Pembangnan nasional pada hakikatnya ditujukan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia baik secara lahir maupun batin, sebagai manusia yang memiliki martabat. Karena pada hakikatnya seluruh manusia yang ada di muka bumi ingin hidup secara layak dan terpenuhi segala kebutuhannya. Hal di atas menunjukkan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah “masyarakat manusiawi” (human society).<br />Dengan demikian dapat disimpulkan dari paparan di atas bahwa pembangunan nasional yang bertujuan untuk membangun masyarakat manusiawi sesuai dengan nilai yang ada dalam sila Pancasila, yaitu sila ke dua yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Dalam sila ini jika dikaitkan dengan tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat manusiawi, bermakna bahwa pembangunan nasional untuk kesejahteraan, kebahagiaan lahir batin bagi manusia bermakna pembangunan nasional bertujuan untuk menuju masyarakat yang manusiawi, karena dengan hidup sejahtera dan bahagia berarti segala kebutuhannya tercukupi, sehingga manusia memiliki martabat sesuai dengan kodratnya. Hal tersebut sesuai dengan isi dari sila ke dua dalam Pancasila.<br />Prospek penerapan Pancasila dalam pembangunan nasional secara menyeluruh dan mendalam, dari kesimpulan di atas akan melahirkan suatu proses pembangunan yang memiliki wawasan dan berjiwakan nilai-nilai luhur Pancasila. Proses pembangunan yang dijiwa dengan nilai-nilai sila dalam Pancasila akan mengahasilkan suatu produk yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu indikator dalam suksesnya pembangunan nasional di Indonesia karena telah sesuai dengan dasar tertib hukum dalam berbangsa dan bernegara Indonesia yaitu Pancasila. Jika kesuksesan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila tercapai, maka akan dengan mudah bangsa Indonesa mencapai kesejahteraan, kebahagiaan dan ketertiban dalam suasana kehidupannya sesuai dengan Pancasila<br /><br />D. Implementasi Pancasila sebagai Benteng ketahanan Nasional.<br /><br />Indonesia merupakan negara kepaulauan dengan berbagai karakteristik masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Keberagaman tersebut pada hakekatnya secara jelasa diakuidan dijadiakan sebagai suatu titik tolak dalam khasanah budaya bangsa. Hal ini tentunya tercermin pada semboyan bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Dari sini jelas bawha keberagaman yang dimiliki Indonesia bukanlah sebagai ancaman terhadap perpecahan karena perbedaan melainkan dijadikan sebagai modal awal dalam perwujudan sesuai cita-cita nasional.<br />Bangsa yang besar adalah bangsa yang benar-benar memiliki sebuah komitmen nasional dalam mengembangkan kekuatan, ketangguhan nasional untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara demi mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Penting kiranya bengsa Indonesia memiliki ketahanan nasional yang kokoh secara dinamis, serasi, dan seimbang dalam berbagai aspek kehidupan nasional. Implementasi ketahanan nasional suatu bangsa pada umumnya mencakup sistem tata nilai yang sesuai dengan kondisi sosial-geografis serta budaya bangsa Indonesia.<br />Sistem parangkat nilai yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan suatu idea atau landasan dalam implementasinya terhadap ketahanan nasional bangsa yaitu Pancasila. Pancasila memiliki sistem tata nilai yang di dalamnya mengakui pluralitas berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Pluralitas bangsa Indonesia dengan berbagai karakteristiknya tersebut pada hakekatnya bukan menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan nasional karena walaupun berbeda dalam keberagaman namun tetap satu tujuan dan satu cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia.<br />Dalam perkembangan globalisasi, bangsa Indonesia tentunya selalu berkomitmen dalam memajukan dari berbagai aspek kehidupan. Pancasila dalam aplikasinya terhadap tantangan globalisasi membiarkan masa depan tersebut terbuka lebar untuk dibangun oleh masayrakat Indonesia secara bersama-sama sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasioanal. Kaitan Pancasila dengan ketahanan nasional dalam hal ini adalah kaitan yang mengakui secara substansial antara idea yang mengakui pluralitas yang membutuhkan kebersaman dan realitas terintegrasinya pluralitas tersebut. Atau dengan kata lain adalah terintegrasi jiwa-jiwa Pancasila dalam kehidupan nasional dalam suatu bangsa dari semua aspek kehidupan.<br />Dalam menjawab tantangan globalisasi, ketahan nasioanal penting sekali diperlukan guna tercapainya cita-cita nasional. Pengaruh nagetif yang muncul sebagai dampak dari globalisasi jika kita tidak memiliki suatu ketahanan nasional yang kokoh maka akan mengakibatkan pudar bahkan hilangnya sistem tata nilai bangsa Indoensia. Oleh karena itu, Pancasila dengan sistem nilainya secara kokoh dapat dijadikan sebagai benteng ataupun filter dalam mewujudkan ketahanan nasional yang kuat. Dengan sistem tata nilai dalam Pancasila, maka arus globalisasi yang tidak sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia dapat segera diantisipasi agar pembanguna nasional dapat tercapai secara optimal. Selain itu, hal terpenting dalam ketahanan nasional adalah diperlukan upaya secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan baik berupa kajian substantif maupun implementatif agar Pancasila dapat secara kokoh menjadi jiwa bangsa Indonesia dan semakin bermakna demi terwujudnya ketahanan nasional bangsa Indoensia.<br />E. Penghambat Implementasi Pancasila dalam Berbagai Aspek Kehidupan Berbangsa dan Bernegara<br /> Dalam seluruh proses perkembangan yang terjadi hingga sekarang, setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan Pancasila sulit diimplementasikan dan menjadi makin marjinal.<br />Pertama, Pancasila telanjur tercemar karena kebijakan rezim Orde Baru yang menjadikan Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status quo kekuasaannya. Orde Baru memberi makna sendiri atas Pancasila dan mengindoktrinasikannya secara paksa melalui Penataran P4. Di luar itu dianggap anti-Pancasila.<br />Kedua, liberalisasi politik yang berujung pada penghapusan ketentuan Pancasila sebagai satu-satunya asas tiap organisasi pada masa Presiden BJ Habiebie. Ini kemudian memberi peluang adopsi nilai-nilai ideologi lain, khususnya yang berlatar agama, yang tentu sangat fragmentaris di atas realitas pluralitas masyarakat Indonesia. Pancasila pun kehilangan peran sebagai common-platform dalam kehidupan politik.<br />Ketiga, desentralisasi dan otonomisasi daerah sedikit banyak mendorong penguatan sentimen kedaerahan, yang dapat tumpang-tindih dengan nasionalisme kesukuan. Proses ini, langsung atau tidak, bisa menyebabkan Pancasila kehilangan posisi sentralnya.<br />Keempat, inkonsistensi yang sangat dalam dan luas pejabat-pejabat publik dalam implementasi nilai-nilai Pancasila, tercermin dalam kebijakan-kebijakan publik yang kurang memihak rakyat, atau dalam perilaku mereka yang justru menegaskan nilai-nilai Pancasila. Masyarakat kehilangan panutan, kehilangan kepercayaan, dan akhirnya antipati terhadap Pancasila.<br /><br />BAB III<br />KESIMPULAN DAN SARAN<br /><br />A. Kesimpulan<br /><br /> Didalam berbagai kegiatan yang kita lakukan dalam suatau negara, kita hendaklah harus menaaati peraturan suatu negara tersebut. Didalam pancasila terdapat nilai-nilai yang dimana kita sebagai warga negara Indonesia harus mengacu pada nilai tersebut, Sila pertama, ''Ketuhanan Yang Maha Esa,'' memberi landasan kuat bagi kehidupan beragama secara tulus dan otentik. Sila kedua, ''Kemanusiaan yang adil dan beradab,'' ditafsirkan bahwa bangsa ini wajib menegakkan keadilan dan keadaban dalam berperilaku, baik perorangan maupun dalam kehidupan kolektif dalam politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Kemudian, sila ketiga berupa ''Persatuan Indonesia,'' bukan ''Kesatuan Indonesia,'' membimbing bangsa ini dalam kebhinnekaan (pluralisme) yang kaya dalam mosaik budaya yang beragam. Sila keempat, ''Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan'', memerintahkan bahwa demokrasi harus ditegakkan secara bijak melalui musyawarah yang betanggung jawab dan dengan lapang dada. Terakhir, sila kelima, ''Keadilan sosial bagi rakyat Indonesia,''<br /> Mendasarkan diri pada pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila, kita prihatin ketika misalnya pejabat-pejabat publik di beberapa daerah merumuskan kebijakan yang mengacu pada norma-norma agama tertentu, yang terjalin dengan sentimen kedaerahan dan kesukuan. Dari kacamata semangat Pancasila, produk kebijakan seperti itu setidak-tidaknya inkonsisten dalam dua hal.<br /> Pertama, atas kepentingan politik tertentu dan ketakutan berlebihan, mengingkari bahwa di daerah-daerah itu ada juga kelompok-kelompok masyarakat dari lain keyakinan dan etnis. Kelompok ini pantas saja resah, khawatir karena dalam implementasi kebijakan nanti --sebagaimana banyak kebijakan yang tidak peduli dengan hak-hak minoritas -- akan memarginalkan mereka.<br /> Kedua, keresahan, kekhawatiran yang muncul akhirnya menyemaikan kecurigaan, kemudian menumbuhkan friksi, fragmentasi, dan konflik di dalam masyarakat, yang pada akhirnya akan melunturkan kohesivitas jalinan-jalinan sosial.<br /> Kedua, nilai pancasila itu tidak dipahami dalam kalangan kelas menengah kota. Tapi masih dalam benak orang-orang kampung: gotong royong, berani berkorban dan keikhlasan berbuat. Namun kini, nilai-nilai itu pun kini hampir hilang di dunia pedesaaan. Hal ini pun tidak dipungkiri akibat pengaruh gaya dan contoh yang ditonjolkan secara centang perenang di kalangan kota, uatamanya para elit.<br /> Ketiga, bangsa kita masih dipengaruhi oleh globalisasi dan kapitalisme. Hal ini menurut akan memberi sumbangan besar terhadap daya tahan budaya dan kultur bangsa. Sebab jangan-jangan budaya asing itu akan lebih baik dari budaya lokal. Otomatis bangsa Indonesia yang masih miskin dan terbelakang (bodoh) ini akan makin rawan saja. Karena itu solusinya adalah mengembangkan dan menggiatkan pendidikan yang dinamis.<br /> Keempat, Pancasila lahir dari fakta bhineka tunggal ika. Keberagaman yang sangat gampang melahirkan berbagai gesekan budaya ini mesti ada sebuah lem perkat antar budaya. Kenyataan ini sebagaimana diungkap Denys Lombart, Indoensia dibangun di atas geologi kebudayaan yang berlapis-lapis yang menghasilkan masyarakat plural dan multikultural yang mengandung potensi konflik. Tak ada cara lain kecuali adanya pengikat.<br /> Kelima, bangsa kitapun terbangun atas dasar pondasi geologi budaya. Karenanya, kata kang Dawam sejak agama Budha, Hindu, Islam dan Konghucu juga Kristen berada di antara kita, maka Pancasila juga merupakan jawaban pada tantangan masyarakat yang makin dewasa dan majemuk.<br /> Mengapa nilai-nilai Pancasila yang jelas-jelas tidak menanamkan nafsu keserakahan, anti-ketidakdilan dan anti-kesenjangan tidak diimplementasikan oleh mereka-mereka yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan tersebut? Bagaimana Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa, termasuk sebagai filsafat ekonomi, mampu menjawab persoalan-persaoalan ekonomi demikian? Jawabnya: Pengalaman masa lalu yang berupa penyalahgunaan Pancasila oleh vested interest group; Rendahnya upaya dan kemamuan untuk menafsirkan Pancasila dalam bidang ekonomi yang lebih banyak berkiblat ke kapitalisme; Tidak ada keteladanan; Kebijakan pemerintah sendiri menyimpangi Pancasila; Social punishment & law enforcement yang rendah.<br /><br />B. Saran<br /> Didalam Implementasi Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sebaiknya kita sungguh-sungguh dan ikhlas tanpa mengharapkan suatu apapun. Dan sebagai warga Negara Indonesia kita tidak diperkenankan dengan sesuka hati dalam melakukan suata perbuatan atau pilihan apapun dan akan diperkenankan kita dalam melakukan suatu perbuatan ataupan pilaihan harus berlandaskan pada nilai-nilai pancasila.<br /> Langkah yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan keteladanan. Perlu dimunculkan gerakan penyadaran agar ilmu ekonomi ini dikembangkan ke arah ekonomi yg humanistik, bukan sebaliknya mengajarkan keserakahan & mendorong persaingan yang saling mematikan untuk memuaskan kepentingan sendiri . Ini dilakukan guna mengimbangi ajaran yg mengedepankan kepentingan pribadi, yang melahirkan manusia sebagai manusia ekonomi (homo ekonomikus), telah melepaskan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial (homo socius) dan mahluk beretika (homo ethicus).<br /> Dalam konteks Pancasila sebagai komitmen kebangsaan kita, fakta-fakta demikian mesti dibaca sebagai peluang untuk mengembalikan Pancasila pada kedudukannya sebagai ideologi bangsa dan negara, pedoman hidup, dan sumber inspirasi. Revitaliasi nilai-nilai Pancasila adalah keharusan. Tindakan kongkret diperlukan melalui hal-hal sederhana yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, yang dikemas dalam bentuk kebijakan publik. Yang diperlukan adalah sikap politik pemerintah yang lebih kukuh dalam rangka meneguhkan kembali keyakinan kita kepada Pancasila.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Dr. H. Kaelan, M.S. 2000 “Pendidikan Pancasila”, Paradigma, Yogyakarta.<br />http://www.filsafat.ugm.ac.id/isi/view/123/135/<br />http://indonesia-berjuang.blogspot.com/2006/05/ahmad-syafii-maarif-tragedi- pancasila.html<br />http://santribuntet.wordpress.com/2007/06/02/pancasila-mitos-yang-makin-atos/MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-87519757913960199872008-06-13T10:40:00.000-07:002008-06-13T10:46:44.834-07:00Hibiscus sabdariffa (rosella)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqsKIbHnKXKrGMbxlUNbVjaYG2icWSziGvteyNwo5RcnTSR-AcMMU5feXHiBAnjYXDFyv34Gf3Q16wMqfWDr98tIw5kizHAB2r51oCD1ft5DgvQVGpBpQKnunEvFbTi8rGV9pAt1TOoQ/s1600-h/rosella"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsqsKIbHnKXKrGMbxlUNbVjaYG2icWSziGvteyNwo5RcnTSR-AcMMU5feXHiBAnjYXDFyv34Gf3Q16wMqfWDr98tIw5kizHAB2r51oCD1ft5DgvQVGpBpQKnunEvFbTi8rGV9pAt1TOoQ/s320/rosella" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5211423340700776626" /></a><br />Habitus dari rosella (Hibiscus sabdariffa) adalah Semak yang tumbuh tegak, tinggi 0,5 – 5 m. Daun berseling polymorphic, terdiri dari tangkai daun (petiolus), helai daun (lamina) dan tidak mempunyai upih (vagina); panjang tangkai (petiolus) 0,3-12 cm berwarna hijau sampai merah, panjang helaian (lamina) 2-15 cm, lebar Helaian (lamina) 2-15 cm ; sifat daun : bentuk daun (circum scriptio) lanset (lanceolatus), pangkal daun (basis folii) meruncing (acuminatus), tepi daun (margo folii) beringgit (crenatus), ujung daun (apex folii) runcing (acutus), tulang daun (nervatio) menjari (palminervis) dengan banyak kelenjar pada permukaan bawahnya, daging daun tipis lunak (herbaceus), permukaan daun berbulu halus jarang (pilosus), warna daun hijau, alat tambahan pada daun stipula bentuk benang, panjang 5-13 mm. .<br /> Diameter batang 0,5-2,5 cm, permukaan batang beralus (sulcatus), bentuk batang membulat (teres), tipe batang berkayu (lignosus), arah tumbuh batang tegak lurus (erectus), percabangan pada batang sympodial.<br /> Sistem perakaran adalah akar tunggang, bentuk akar adalah akar tunjang, bagian-bagian akar pangkal akar (collum), ujung akar (apex radicis), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), bulu akar (pillus radicallis) dan tudung akar (calyptra).<br /> Letak bunga terletak di ketiak daun (flos axilaris), bagian-bagian bunga adalh tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptacum), perhiasan bunga (perianthium), benang sari (stamen) dan putik (pistillum), klamin bunga berumah satu, panjang tangkai bunga 5-20 mm; bentuk kelopak (calyx) persistent menggenta bercuping 5 dengan cuping triangular hingga bulat telur; panjang kelopak 2,2 cm, warna kelopak hijau, jumlah daun kelopak (sepal) 8-11 daun kelopak, keadaan daun kelopak seperti kulit dan berbulu rata ; bentuk mahkota (corolla) bentuk bell, jumlah lingkaran mahkota 5 petala bebas, panjang mahkota 3 cm, warna mahkota putih atau kuning dengan merah pada bagian tengah dalam, jumlah daun mahkotaa (petal) 5 buah, keadaan daun mahkota bulat telur terbalik yang asimetrik ; jumlah setamen 8-13, panjang setamen 7-20 mm, warna stamen kekuningan, bagian-bagian stamen adalah tangkai sari (filamen) dan kepaa sari (anthera), bentuk kepala sari (anthera) bulat lonjong atau oval, letak kepala sari pada ujung dari benang sari; panjang putik 6-18 mm, warna putik kuning, bagian-bagian putik bakal buah (ovarium), tangkai putik (stylus) dan kepala putik (stigma), panjang tangkai putik (stylus) 4-15 mm, jumlah kepal putik (stegma) 5, warna kepala putik kuning atau merah, letak bakal buah (ovarium) superus atau diatas kelopak bunga.<br /> Tipe buah bertutup (overculum), bentuk buah kapsul atau krucut, panjang 13-22 mm, lebar 11-20 mm, warna buah merah, permukaan buah berbintik-bintik dan berambut, bagian-bagian buah pedunculus, tali pusat (funiculus), biji dan eksocarpium, alat taambahan pada buah adalah berkas kelopa yang besar dan melindungi atau menutupi buah.<br /> Bentuk biji bulat lonjong, jumlah biji 30-40 biji, panjang 3-5 mm, lebar 2-4 mm, warna biji coklat kemerahan, permukaan biji berbintik-bintik kecil , bagian-bagian biji adalah kulit luar (testa), kulit dalam (tegmen), radicula dan inti biji (nucleus seminis). <br /> Habitat berasal dari Afrika, sebaran dibudidayakan di wilayah-wilayah tropis dan subtropis, antara lain di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Cina, pertumbuhan membutuhkan rata-rata temperatur bulanan 25-30 C, curah hujan 140-270 mm per bulan dan kelembaban udara (>70%), musim berbunga bulan Oktober - November, musim berbuah sekitar bulan Desember.<br /> Manfat dari rosela diantaranya ekstrak serat dari kulit kayunya mempunyai kegunaan yang sama dengan rami (Corchorus spp.), yaitu untuk tas goni dan pakaian hessian., Bagian yang memiliki nilai ekonomis tanaman ini adalah kulit batang karena dari kulit batang tanaman ini dapat dihasilkan serat untuk berbagai keperluan, selain itu juga kelopak bunganya sangat bermanfaat, bagian kelopak bunga rosela yang berwarna merah berguna untuk mencegah penyakit kanker dan radang, mengendalikan tekanan darah, melancarkan peredaran darah dan melancarkan buang air besar.<br /> Kelopak bunga rosela dapat diambil sebagai bahan minuman segar berupa sirop dan teh, selai dan minuman, terutama dari tanaman yang berkelopak bunga tebal (juicy). Kelopak bunga tersebut mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam aminMY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-79409101278016139812008-06-13T01:29:00.001-07:002008-06-13T01:38:11.517-07:00EURO 2008<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0P2Q_lsv4ILzAGiDBqPWYMGxWPFZdyR3PbWb3tDI8bdV97lUcPfQ2BvnNJOpcqufu_fP2JM8VuMXcNklKSr7cLTakGLPlGSmIhyphenhypheninHtY8Kup7vhH7WAnm5q2HofmhII6aY_qpL6s0V_8/s1600-h/euro.jpeg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0P2Q_lsv4ILzAGiDBqPWYMGxWPFZdyR3PbWb3tDI8bdV97lUcPfQ2BvnNJOpcqufu_fP2JM8VuMXcNklKSr7cLTakGLPlGSmIhyphenhypheninHtY8Kup7vhH7WAnm5q2HofmhII6aY_qpL6s0V_8/s320/euro.jpeg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5211281791198690082" /></a><br />Perhelatan euro 2008 telah dimulai, kali ini piala eropa dilaksanakan di Swis dan austria.<br /><br />EURO 2008 Final Tournament Schedule<br /><br /><strong>Saturday 7 June 2008</strong><br />1 Grp A Switzerland 0-1 Czech Republic Basel - St. Jakob-Park<br />2 Grp A Portugal 2-0 Turkey Geneva - Stade de Genève<br /><br /><strong>Sunday 8 June 2008</strong><br />3 Grp B Austria 0-1 Croatia Vienna - Ernst Happel<br />4 Grp B Germany 2-0 Poland Klagenfurt - Wörthersee<br /><br /><strong>Monday 9 June 2008</strong><br />5 Grp C Romania 0-0 France Zurich - Letzigrund<br />6 Grp C Netherlands 3-0 Italy Berne - Stade de Suisse<br /><br /><strong>Tuesday 10 June 2008</strong><br />7 Grp D Spain 4-1 Russia Innsbruck - Tivoli Neu<br />8 Grp D Greece 0-2 Sweden Salzburg - EM Stadion Wals-Siezenheim<br /><br /><strong>Wednesday 11 June 2008</strong><br />9 Grp A Czech Republic 18:00 Portugal Geneva - Stade de Genève<br />10 Grp A Switzerland 20:45 Turkey Basel - St. Jakob-Park<br /><br /><strong>Thursday 12 June 2008</strong><br />11 Grp B Croatia 18:00 Germany Klagenfurt - Wörthersee<br />12 Grp B Austria 20:45 Poland Vienna - Ernst Happel<br /><br /><strong>Friday 13 June 2008</strong><br />13 Grp C Italy 18:00 Romania Zurich - Letzigrund<br />14 Grp C Netherlands 20:45 France Berne - Stade de Suisse<br /><br /><strong>Saturday 14 June 2008</strong><br />15 Grp D Sweden 18:00 Spain Innsbruck - Tivoli Neu<br />16 Grp D Greece 20:45 Russia Salzburg - EM Stadion Wals-Siezenheim<br /><br /><strong>Sunday 15 June 2008</strong><br />17 Grp A Switzerland 20:45 Portugal Basel - St. Jakob-Park<br />18 Grp A Turkey 20:45 Czech Republic Geneva - Stade de Genève<br /><br /><strong>Monday 16 June 2008</strong><br />19 Grp B Poland 20:45 Croatia Klagenfurt - Wörthersee<br />20 Grp B Austria 20:45 Germany Vienna - Ernst Happel<br /><br /><strong>Tuesday 17 June 2008</strong><br />21 Grp C Netherlands 20:45 Romania Berne - Stade de Suisse<br />22 Grp C France 20:45 Italy Zurich - Letzigrund<br /><br /><strong>Wednesday 18 June 2008</strong><br />23 Grp D Greece 20:45 Spain Salzburg - EM Stadion Wals-Siezenheim<br />24 Grp D Russia 20:45 Sweden Innsbruck - Tivoli Neu<br /><br /><strong>Thursday 19 June 2008</strong><br />25 QF Winner Grp A 20:45 Runner-up Grp B Basel - St. Jakob-Park<br /><br /><strong>Friday 20 June 2008</strong><br />26 QF Winner Grp B 20:45 Runner-up Grp A Vienna - Ernst Happel<br /><br /><strong>Saturday 21 June 2008</strong><br />27 QF Winner Grp C 20:45 Runner-up Grp D Basel - St. Jakob-Park<br /><br /><strong>Sunday 22 June 2008</strong><br />28 QF Winner Grp D 20:45 Runner-up Grp C Vienna - Ernst Happel<br /><br /><strong>Wednesday 25 June 2008</strong><br />29 SF Winner #25 20:45 Winner #26 Basel - St. Jakob-Park<br /><br /><strong>Thursday 26 June 2008</strong><br />30 SF Winner #27 20:45 Winner #28 Vienna - Ernst Happel<br /><br /><strong>Sunday 29 June 2008</strong><br />31 F Winner #29 20:45 Winner #30 Vienna - Ernst HappelMY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-24647835255127103562008-05-06T07:50:00.000-07:002008-05-06T07:54:57.644-07:00tSunami<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwySToWvHFOFqDpWq1Nox2AHAHsR6EqlnS5KAbG3qgZD2OBEhZqpkEMrMjSPJ_bTE4n9tvv4uI6-5LExStVAPJjxf4b5-NBBwhfWwdP9b3JYlfZxfpE0Smpt6cagoP_Sn6dKhr_bWPXFE/s1600-h/tsunami.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 266px; height: 206px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwySToWvHFOFqDpWq1Nox2AHAHsR6EqlnS5KAbG3qgZD2OBEhZqpkEMrMjSPJ_bTE4n9tvv4uI6-5LExStVAPJjxf4b5-NBBwhfWwdP9b3JYlfZxfpE0Smpt6cagoP_Sn6dKhr_bWPXFE/s320/tsunami.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5197278161907269874" border="0" /></a><br /><p><b><span style="font-size:22;">Tsunami<o:p></o:p></span></b></p> <p><b>Tsunami</b> (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Jepang" title="Bahasa Jepang"><span style="color:#000000;">bahasa Jepang</span></a> ; secara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Harafiah" title="Harafiah"><span style="color:#000000;">harafiah</span></a> berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ombak" title="Ombak"><span style="color:#000000;">ombak</span></a> yang terjadi setelah sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi"><span style="color:#000000;">gempa bumi</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gempa_laut&action=edit&redlink=1" title="Gempa laut (belum dibuat)"><span style="color:#000000;">gempa laut</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_berapi" title="Gunung berapi"><span style="color:#000000;">gunung berapi</span></a> meletus, atau hantaman <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meteor" title="Meteor"><span style="color:#000000;">meteor</span></a> di laut. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga" title="Tenaga"><span style="color:#000000;">Tenaga</span></a> setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Dengan itu, apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun. Gelombang tersebut bergerak pada kelajuan tinggi, hampir tidak dapat dirasakan efeknya oleh kapal laut (misalnya) saat melintasi di laut dalam, tetapi meningkat ketinggian hingga mencapai 30 <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meter" title="Meter"><span style="color:#000000;">meter</span></a> atau lebih di daerah pantai. Tsunami bisa menyebabkan kerusakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi" title="Erosi"><span style="color:#000000;">erosi</span></a> dan korban jiwa pada kawasan pesisir pantai dan kepulauan.<o:p></o:p></p> <p>Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.<o:p></o:p></p> <p>Kebanyakan <st1:city st="on">kota</st1:city> di sekitar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Pasifik" title="Samudra Pasifik"><span style="color:#000000;">Samudra Pasifik</span></a>, terutama di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jepang" title="Jepang"><span style="color:#000000;">Jepang</span></a> juga di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Hawaii" title="Hawaii"><span style="color:#000000;">Hawaii</span></a>, mempunyai sistem peringatan dan prosedur pengungsian sekiranya tsunami diramalkan akan terjadi. Tsunami akan diamati oleh pelbagai institusi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seismologi" title="Seismologi"><span style="color:#000000;">seismologi</span></a> sekeliling dunia dan perkembangannya dipantau melalui <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Satelit" title="Satelit"><span style="color:#000000;">satelit</span></a>.<o:p></o:p></p> <p>Bukti menunjukkan tidak mustahil terjadinya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Megatsunami" title="Megatsunami"><span style="color:#000000;">megatsunami</span></a>, yang menyebabkan beberapa pulau tenggelam.<o:p></o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size:22;">Penyebab terjadinya tsunami</span></span><span style="font-size:22;"><o:p></o:p></span></h2> <p>Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_api" title="Gunung api"><span style="color:#000000;">gunung api</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi"><span style="color:#000000;">gempa bumi</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Longsor" title="Longsor"><span style="color:#000000;">longsor</span></a> maupun <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Meteor" title="Meteor"><span style="color:#000000;">meteor</span></a> yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Krakatau" title="Gunung Krakatau"><span style="color:#000000;">Gunung Krakatau</span></a>.<o:p></o:p></p> <p>Gerakan vertikal pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kerak_bumi" title="Kerak bumi"><span style="color:#000000;">kerak bumi</span></a>, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.<o:p></o:p></p> <p>Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.<o:p></o:p></p> <p>Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sesar" title="Sesar"><span style="color:#000000;">sesar</span></a>. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Subduksi" title="Subduksi"><span style="color:#000000;">subduksi</span></a>, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.<o:p></o:p></p> <p>Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Megatsunami" title="Megatsunami"><span style="color:#000000;">megatsunami</span></a> yang tingginya mencapai ratusan meter.</p> <h1><span style="font-size:22;">Megatsunami<o:p></o:p></span></h1> <p><b>Megatsunami</b> adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami" title="Tsunami"><span style="color:#000000;">tsunami</span></a> yang mencapai ketinggian lebih dari 100 meter. Selain beberapa tsunami besar di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Alaska" title="Alaska"><span style="color:#000000;">Alaska</span></a> yang mencapai tinggi 520 meter, megatsunami terakhir yang melanda wilayah berpenduduk diduga terjadi sekitar 4000 tahun yang lalu. Menurut para ahli geologi, megatsunami biasanya disebabkan oleh tanah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Longsor" title="Longsor"><span style="color:#000000;">longsor</span></a> yang sangat besar, seperti runtuhnya sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau" title="Pulau"><span style="color:#000000;">pulau</span></a>, ke laut atau samudra, dan letusan gunung berapi seperti contohnya letusan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Krakatau" title="Gunung Krakatau"><span style="color:#000000;">Gunung Krakatau</span></a> .<o:p></o:p></p> <p><b>Megatsunami</b> dapat naik hingga ratusan meter, dengan kecepatan 890 kilometer per jam, dan dapat menerjang daratan hingga sejauh 20 km.<o:p></o:p></p> <p>Di tengah lautan dalam, megatsunami hampir tidak dapat dirasakan. Permukaan laut hanya naik vertikal sekitar satu meter, dengan wilayah yang sangat luas, hingga ratusan kilometer. Namun, energi yang dihasilkannya ketika mencapai laut yang dangkal dapat mengakibatkan gelombang yang sangat tinggi.<o:p></o:p></p> <p>Tsunami di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banda_Aceh" title="Banda Aceh"><span style="color:#000000;">Banda Aceh</span></a> hampir dapat dikategorikan megatsunami karena jumlah korban jiwa yang sangat besar (200.000 orang) dan mencapai negara-negara tetangga seperti: <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia" title="Malaysia"><span style="color:#000000;">Malaysia</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Thailand" title="Thailand"><span style="color:#000000;">Thailand</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/India" title="India"><span style="color:#000000;">India</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sri_Lanka" title="Sri Lanka"><span style="color:#000000;">Sri Lanka</span></a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bangladesh" title="Bangladesh"><span style="color:#000000;">Bangladesh</span></a>.<o:p></o:p></p> <p><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi" title="Gempa bumi"><span style="color:#000000;">Gempa bumi</span></a> bawah laut umumnya tidak menghasilkan tsunami yang sedemikian besar, kecuali jika gempa ini juga menghasilkan longsor bawah laut.<o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-34951310310153144162008-04-07T08:54:00.000-07:002008-04-07T08:57:12.129-07:00optika geometri (cahaya)<p><b style=""><span style="font-size: 14pt;" lang="IT">Optika Geometri<o:p></o:p></span></b></p> <p><b><span style="" lang="IT">Cahaya dan optika geometri</span></b><span style="" lang="IT"> merupakan bahan perkliahan yang meliputi hakekat cahaya, pemantulan dan pembiasan (Hukum Snell), prinsip Huygens dan prinsip Fermat tentang perambatan cahaya di dalam medium, pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa, interferensi, difraksi dan polarisasi. <b style=""><span style=""> </span><i style=""><u>Optika Geometri</u></i></b> mempelajari <i>sifat-sifat cahaya sebagai gelombang yang rnengalami pemantulan dan pembiasan.<o:p></o:p></i></span></p> <p><span style="" lang="IT">pada <b style=""><i><u>Optika geometri</u></i></b><i> </i>dibahas beberapa masalah tentang cahaya. </span><span style="" lang="FI">Lensa, dll. Diantaranya ialah pembiasan pada cahaya.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FI">cahaya adalah gelombang.</span><span style="" lang="FI"> Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang getarannya adalah medan listrik dan medan magnetik. Cahaya merambat sebagai garis lurus.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FI"> Ciri utama dari gelombang adalah bahwa ia tak pernah diam, sebaliknya cahaya selalu bergerak. Benda-benda yang sangat panas seperti matahari dan filamen lampu listrik memancarkan cahaya mereka sendiri. Begitu juga cahaya lilin atau cahaya pada layar televisi yang dibangkitkan oleh tumbukan antara elektron berkecepatan tinggi dengan zat yang dapat berfluoresensi (berpendar) yang terdapat pada layar televisi. Mereka merupakan sumber cahaya. Benda seperti bulan bukanlah sumber cahaya, ia hanya memantulkan cahaya yang diterimanya dari matahari. </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Jadi selain dipancarkan cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FI"><o:p></o:p></span></p> <p><span style="" lang="IT">Pembiasan cahaya ialah fenomena pembengkokan cahaya apabila merambat dari satu medium sinar ke medium sinar yang berbeda ketumpatannya dan laju dan arah cahaya berubah dalam medium yang berlainan serta berlaku dalam perambatan medium yang berlainan.<i><o:p></o:p></i></span></p> <p style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><span style="" lang="IT">Hukum pembiasan cahaya ada dua:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada suatu bidang datar.<o:p></o:p></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias suatu cahaya yang datang dari suatu medium ke medium lainnya merupakan suatu konstanta (<em>n</em>), yaitu indek bias medium 2 relatif terhadap indek bias medium 1<o:p></o:p></p> <p style="margin-bottom: 0.0001pt;">Teori tentang cahaya<o:p></o:p></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36.85pt; text-indent: -19.85pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; color: black;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="color: black;">Cahaya menurut Newton (1642-1727) terdiri dari partikel-partilkel ringan berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36.85pt; text-indent: -19.85pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: Symbol; color: black;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="color: black;">Menurut Huygens (1629-1695), cahaya adalah gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuewensi dan panjang gelombang saja.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="IT">Dua pendapat di atas sepertinya saling bertentangan. Sebab tak mungkin cahaya bersifat partikel sekaligus sebagai partikel. Pasti salah satunya benar atau kedua-duanya salah, yang pasti masing-masing pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="IT">Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa gelombang yang merambat pasti membutuhkan medium. Padahal ruang antara bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa (vakum) sehingga menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti yang dikatakan Huygens. Inilah kritik orang terhadap pendapat Huygens. Kritik ini dijawab oleh Huygens dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) bernama eter. Zat ini sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh alam semesta. Eter membuat cahaya yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="FI">Dalam dunia ilmu pengetahuan kebenaran akan sangat di tentukan oleh uji eksperimen. Pendapat yang tidak tahan uji eksperimen akan ditolak oleh para ilmuwan sebagai teori yang benar. Sebaiknya pendapat yang didukung oleh hasil-hasil eksperimen dan meramalkan gejala-gejala alam.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="FI">Walaupun keberadaan eter belum dapat dipastikan di dekade awal Abad 20, berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti Thomas Young (1773-1829) dan Agustin Fresnell (1788-1827) berhasil membuktikan bahwa cahaya dapat melentur (difraksi) dan berinterferensi. Gejala alam yang khas merupakan sifat dasar gelombang bukan partikel. Percobaan yang dilakukan oleh Jeans Leon Foulcoult (1819-1868) menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya dalam air lebih rendah dibandingkan kecepatannya di udara. Padahal Newton denganteori emisi partikelnya meramalkan kebaikannya. Selanjutnya Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektomagnetik. Sesuatu yang yang berbeda dengan gelombang bunyi yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang elekromagnetik dapat merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnyapun amat tinggi bila dibandingkan dengan gelombang bunyi. Gelombang elekromagnetik merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Kebenaran pendapat Maxwell tak terbantahkan ketika Hertz (1857-1894) berhasil membuktikan secara eksperimental yang disusun dengan penemuan-penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang elekromagnetik seperti sinar x, sinar gamma, gelombang mikro RADAR dan sebagainya.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="FI">Dewasa ini pandangan bahwa cahaya merupakan gelombang elektomagnetik umum diterima oleh kalangan ilmuwan, walaupun hasil eksperimen Michelson dan Morley di tahun 1905 gagal membuktikan keberadaan eter seperti yang di sangkakan keberadaan oleh Huygen dan Maxwell.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="FI">Di sisi lain pendapat Newton tentang cahaya menjadi partikel tiba-tiba menjadi polpuler kembali setelah lebih dari 300 tahun tenggelam di bawah populeritas pendapat Huygens. Dua fisikawan pemenang hadiah Nobel Max Plack (1858-1947) dan Albert Einstein mengemukan teori mereka tentang foton<o:p></o:p></span></p> <p><span style="color: black;" lang="FI">Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan bahwa cahaya di pancarkan dalam bentuk-bentuk partikel kecil yang disebut kuanta. Gagasan Planck ini kemudian berkembang menjadi teori baru dalam fisika yang disebut teori Kuantum. Dengan teori ini, Einstein berhasil menjelaskan peristiwa yang dikenal dengan nama efek foto listrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan logam karena lagam tersebut di sinari cahaya.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="color: black;">Jadi dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. Hal ini disebut sebagai dualisme cahaya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI">Adapun teori yang lain tentang cahaya ialah :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI">Ilmuwan </span><a href="w/index.php" title="Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (belum dibuat)"><span style="" lang="FI">Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham</span></a><span style="" lang="FI"> (965–sekitar 1040), dikenal juga sebagai Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan, menggunakan geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Dia menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh, yang menampilkan sebuah citra terbalik. Alhazen menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori </span><a href="wiki/Ptolemy" title="Ptolemy"><span style="" lang="FI">Ptolemy</span></a><span style="" lang="FI"> tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di Eropa sampai pada akhir abad 16.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: right;" align="right"><i style=""><span style="" lang="FI">“Dikutip dari pelbagai sumber bacaan dan diadaptasi oleh penulis”<o:p></o:p></span></i></p>MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-3935054237630930922008-04-07T08:45:00.000-07:002008-04-07T08:50:30.731-07:00Optika Geometri<p><b style=""><span style="" lang="IT">Optika Geometri<o:p></o:p></span></b></p> <p><b>Cahaya dan optika geometri</b> yang meliputi hakekat cahaya, pemantulan dan pembiasan (Hukum Snell), prinsip Huygens dan prinsip Fermat tentang perambatan cahaya di dalam medium, pembentukan bayangan oleh cermin dan lensa, interferensi, difraksi dan polarisasi<b style=""><o:p></o:p></b></p> <p><i style=""><u>Optika Geometri</u></i> mempelajari <i>sifat-sifat cahaya sebagai gelombang yang rnengalami pemantulan dan pembiasan.<o:p></o:p></i></p> <p>Pembiasan cahaya ialah fenomena pembengkokan cahaya apabila merambat dari satu medium sinar ke medium sinar yang berbeda ketumpatannya dan laju dan arah cahaya berubah dalam medium yang berlainan serta berlaku dalam perambatan medium yang berlainan.<i><o:p></o:p></i></p> <p style="margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="" lang="IT">Hukum pembiasan cahaya ada dua:<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada suatu bidang datar.<o:p></o:p></p> <p style="margin: 5pt 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias suatu cahaya yang datang dari suatu medium ke medium lainnya merupakan suatu konstanta (<em>n</em>), yaitu indek bias medium 2 relatif terhadap indek bias medium 1<o:p></o:p></p> <p><b style="">Kecepatan cahaya<span style=""><o:p></o:p></span></b></p> <p><b>Kecepatan cahaya</b> dalam sebuah <a href="wiki/Vakum" title="Vakum"><span style="color: windowtext;">vakum</span></a> adalah 299.792.458 <a href="wiki/Meter_per_detik" title="Meter per detik"><span style="color: windowtext;">meter per detik</span></a> (m/<sub>s</sub>) atau 1.079.252.848,8 <a href="wiki/Kilometer_per_jam" title="Kilometer per jam"><span style="color: windowtext;">kilometer per jam</span></a> (km/<sub>h</sub>) atau 186.282.4 <a href="w/index.php" title="Mil per detik (belum dibuat)"><span style="color: windowtext;">mil per detik</span></a> (mil/<sub>s</sub>) atau 670.616.629,38 <a href="wiki/Mil_per_jam" title="Mil per jam"><span style="color: windowtext;">mil per jam</span></a> (mil/<sub>h</sub>). Kecepatan <a href="wiki/Cahaya" title="Cahaya"><span style="color: windowtext;">cahaya</span></a> ditandai dengan huruf <i>c</i>, yang berasal dari <a href="wiki/Bahasa_Latin" title="Bahasa Latin"><span style="color: windowtext;">bahasa Latin</span></a> <i>celeritas</i> yang berarti "<a href="wiki/Kecepatan" title="Kecepatan"><span style="color: windowtext;">kecepatan</span></a>", dan juga dikenal sebagai konstanta <a href="wiki/Albert_Einstein" title="Albert Einstein"><span style="color: windowtext;">Einstein</span></a>.<o:p></o:p></p> <p>Kecepatan tepatnya adalah sebuah definisi, bukan sebuah ukuran, karena <a href="wiki/Meter" title="Meter"><span style="color: windowtext;">meter</span></a> sendiri didefinisikan dari segi kecepatan cahaya dan <a href="wiki/Detik" title="Detik"><span style="color: windowtext;">detik</span></a>. Kecepatan cahaya melalui sebuah medium (yang berarti bukan dalam vakum) adalah kurang dari <i>c</i> (mendefinisikan <a href="w/index.php" title="Indeks pemantulan (belum dibuat)"><span style="color: windowtext;">indeks pemantulan</span></a> medium tersebut).<o:p></o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;">Indeks bias</span></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p>Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut.<o:p></o:p></p> <p><span style="" lang="FR">Secara matematis, indeks bias dapat ditulis: <span class="texhtml"><i>n</i> = <i>c</i> / <i>cm</i></span><o:p></o:p></span></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="">n = indeks bias <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style="">c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x10^8 m/s) <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="IT">cm = cepat rambat cahaya di suatu medium <o:p></o:p></span></li></ul> <p><span style="" lang="IT">atau:<o:p></o:p></span></p> <p><i><span style="" lang="IT">n = </span></i><i><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";" lang="IT">ʎ</span></i><i><span style="" lang="IT">1/</span></i><i><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";" lang="IT">ʎ</span></i><i><span style="" lang="IT">2 = sin </span></i><i><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";" lang="IT">ɑ</span></i><i><span style="" lang="IT"> /sin </span></i><i><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";" lang="IT">ʙ</span></i><span style="" lang="IT"><o:p></o:p></span></p> <ul type="disc"><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";">ʎ</span>1 = panjang gelombang 1 <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";">ʎ</span>2 = panjang gelombang 2 <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";">ɑ</span> = sudut datang <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><span style="font-family: "Lucida Sans Unicode";">ʙ</span> = sudut bias <o:p></o:p></li></ul> <p><b style="">Cahaya<o:p></o:p></b></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black; font-weight: normal;"><!--[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" spt="75" preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"> <v:f eqn="sum @0 1 0"> <v:f eqn="sum 0 0 @1"> <v:f eqn="prod @2 1 2"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @0 0 1"> <v:f eqn="prod @6 1 2"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"> <v:f eqn="sum @8 21600 0"> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"> <v:f eqn="sum @10 21600 0"> </v:formulas> <v:path extrusionok="f" gradientshapeok="t" connecttype="rect"> <o:lock ext="edit" aspectratio="t"> </v:shapetype><v:shape id="_x0000_i1025" type="#_x0000_t75" style="'width:185.25pt;"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Dyva-13\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image001.png" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Dyva-13/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image002.jpg" shapes="_x0000_i1025" border="0" height="140" width="247" /><!--[endif]--></span></strong><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><span style=""> </span><br />Gambar berkas cahaya.</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p><b>Cahaya</b> merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan <a href="wiki/Mata" title="Mata"><span style="color: windowtext;">mata</span></a>. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.<o:p></o:p></p> <p>Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. <a href="wiki/Matahari" title="Matahari"><span style="color: windowtext;">Matahari</span></a> adalah sumber cahaya utama di <a href="wiki/Bumi" title="Bumi"><span style="color: windowtext;">Bumi</span></a>. <a href="wiki/Tumbuhan" title="Tumbuhan"><span style="color: windowtext;">Tumbuhan</span></a> hijau memerlukan cahaya untuk membuat makanan.<o:p></o:p></p> <p>Sifat-sifat cahaya ialah, cahaya bergerak lurus ke semua arah. Buktinya adalah kita dapat melihat sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam sebuah ruang gelap. Apabila cahaya terhalang, bayangan yang dihasilkan disebabkan cahaya yang bergerak lurus tidak dapat berbelok. Namun cahaya <a href="w/index.php" title="Pantulan cahaya (belum dibuat)"><span style="color: windowtext;">dapat dipant</span></a><o:p></o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;">Pembiasan cahaya</span></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p>Cahaya dibiaskan apabila bergerak miring melalui medium yang berbeda seperti dari udara ke kaca lalu melewati air. Keadaan ini disebut sebagai pembiasan cahaya. Hal ini karena cahaya bergerak lebih cepat di medium yang kurang padat. Namun cahaya yang datang dengan sudut datang 90 derajat, (tegak lurus) melalui medium yang berbeda tidak dibiaskan. Contoh hal pembiasan dalam hal sehari-hari adalah seperti pada kasus sedotan minuman yang kelihatan bengkok dan lebih besar di dalam <a href="wiki/Air" title="Air"><span style="color: windowtext;">air</span></a>, atau pada kasus dasar kolam kelihatan lebih cetek dari kedalaman sebenarnya.</p> <p><o:p> </o:p></p> <p><o:p> </o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;" lang="FI">Pantulan cahaya bergantung kepada jenis permukaan<o:p></o:p></span></span></h2> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black; font-weight: normal;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1026" type="#_x0000_t75" style="'width:198.75pt;height:123pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Dyva-13\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image003.png" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Dyva-13/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image004.jpg" shapes="_x0000_i1026" border="0" height="164" width="265" /><!--[endif]--></span></strong><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT"><span style=""> </span><br />Gambar <o:p></o:p></span></strong></p> <p style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT">Pemantulan biasa pada cermin membentuk bayangan benda </span></strong><b><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT"><o:p></o:p></span></b></p> <p><span style="" lang="IT">kita dapat dilihat di dalam cermin karena ada pantulan cahaya. Pantulan cahaya itu lebih baik dan teratur pada permukaan yang rata. Pantulan cahaya agak kabur pada permukaan yang tidak rata. Cermin dan permukaan air yang jernih serta tenang adalah pemantul cahaya yang baik. </span>Ini membuat kita dapat melihat wajah dan badan kita di dalam cermin.<o:p></o:p></p> <h3><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">Alat-alat yang berfungsi berdasarkan prinsip pembiasan cahaya ialah:</span></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span></h3> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style="">Kaca pembesar <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style="">Mikroskop <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style="">Teleskop <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style="">Lup <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style="">Teropong <o:p></o:p></li></ol> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;">Warna-warna dalam cahaya matahari</span></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p>Cahaya putih <a href="wiki/Matahari" title="Matahari"><span style="color: windowtext;">matahari</span></a> terdiri daripada tujuh <a href="wiki/Warna" title="Warna"><span style="color: windowtext;">warna</span></a> iaitu:<o:p></o:p></p> <ol start="1" type="1"><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Merah" title="Merah"><span style="color: windowtext;">Merah</span></a> <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Jingga" title="Jingga"><span style="color: windowtext;">Jingga</span></a> <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Kuning" title="Kuning"><span style="color: windowtext;">Kuning</span></a> <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Hijau" title="Hijau"><span style="color: windowtext;">Hijau</span></a> <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Biru" title="Biru"><span style="color: windowtext;">Biru</span></a> <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Nila" title="Nila"><span style="color: windowtext;">Nila</span></a> (<i>Indigo</i>) <o:p></o:p></li><li class="MsoNormal" style=""><a href="wiki/Ungu" title="Ungu"><span style="color: windowtext;">Ungu</span></a> <o:p></o:p></li></ol> <p>Apabila ketujuh warna ini bercampur, cahaya <a href="wiki/Putih" title="Putih"><span style="color: windowtext;">putih</span></a> akan dihasilkan. Warna-warna dalam cahaya putih matahari dapat dipecahkan dengan menggunakan <a href="wiki/Prisma" title="Prisma"><span style="color: windowtext;">prisma</span></a> menjadi jalur warna. Jalur warna ini dikenal sebagai <a href="wiki/Spektrum" title="Spektrum"><span style="color: windowtext;">spektrum</span></a> sedangkan pemecahan cahaya putih kepada spektrum ini dikenal sebagai penyerakan cahaya. <a href="wiki/Pelangi" title="Pelangi"><span style="color: windowtext;">Pelangi</span></a> adalah contoh spektrum yang terbentuk secara alamiah. Pelangi terbentuk selepas <a href="wiki/Hujan" title="Hujan"><span style="color: windowtext;">hujan</span></a>, ketika cahaya matahari dibiaskan oleh tetesan <a href="wiki/Air" title="Air"><span style="color: windowtext;">air</span></a> hujan. Tetesan air itu hujan bertindak sebagai prisma yang menyerakkan cahaya matahari menjadi tujuh warna.<o:p></o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;">Penyerakan cahaya putih matahari</span></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p>Spektrum warna terbentuk karena cahaya yang berlainan warna terbias pada sudut yang berlainan. Cahaya ungu terbias dengan sudut paling besar. Cahaya merah terbias dengan sudut paling kecil. Warna-warna spektrum dapat digabungkan semula bagi menghasilkan cahaya putih dengan menggunakan dua prisma.<o:p></o:p></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;">Teori tentang cahaya</span></span><span style="font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></h2> <p><a name="Teori_abad_ke-10"></a>Ilmuwan <a href="w/index.php" title="Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham (belum dibuat)"><span style="color: windowtext;">Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham</span></a> (965–sekitar 1040), dikenal juga sebagai Alhazen, mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan, menggunakan geometri dan anatomi. <span style="" lang="IT">Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya ke segala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat. Dia menggunakan kamera lubang jarum sebagai contoh, yang menampilkan sebuah citra terbalik. Alhazen menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu. Dia juga mengembangkan teori </span><a href="wiki/Ptolemy" title="Ptolemy"><span style="color: windowtext;" lang="IT">Ptolemy</span></a><span style="" lang="IT"> tentang refraksi cahaya namun usaha Alhazen tidak dikenal di Eropa sampai pada akhir abad 16.<o:p></o:p></span></p> <p><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT">Hukum Pemantulan Cahaya </span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT"><o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="IT">Pada saat sinar mendatangi permukaan cermin datar, cahaya akan dipantulkan seperti pada Gambar dibawah. Garis yang tegak lurus bidang pantul disebut garis normal . </span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FR">Pengukuran sudut datang dan sudut pantul dimulai dari garis ini. Sudut datang (i) adalah sudut yang dibentuk oleh garis normal (1) dan sinar datang (2), sedangkan sudut pantul (r) adalah sudut yang dibentuk oleh garis normal (1) dan sinar pantul (3).<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: center;" align="center"><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black; font-weight: normal;"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1027" type="#_x0000_t75" style="'width:159.75pt;height:135.75pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Dyva-13\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image005.png" title=""> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Dyva-13/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image006.jpg" shapes="_x0000_i1027" border="0" height="181" width="213" /><!--[endif]--></span></strong><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black; font-weight: normal;" lang="FR"><br /></span></strong><strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FR"><span style=""> </span>Gambar <span style=""> </span>Pemantulan cahaya: Sudut datang sama dengan sudut pantul.</span></strong><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FR"> <o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FR">Berdasarkan pengamatan dan pengukuran didapatkan bahwa: <o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;" lang="FR">sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada bidang yang sama; dan besar sudut datang (i) sama dengan besar sudut pantul (r).<br /></span><span style="font-size: 10pt; font-family: Verdana; color: black;">Dua pernyataan di atas dikenal sebagai hukum pemantulan cahaya<o:p></o:p></span></p> <p><o:p> </o:p></p> <h3><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";" lang="IT">Rumus kecepatan-cahaya</span></span><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";" lang="IT"><o:p></o:p></span></h3> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt;"><span class="texhtml"><i><span style="" lang="IT">v</span></i></span><span class="texhtml"><span style="" lang="IT"> = </span>λ</span><span class="texhtml"><i><span style="" lang="IT">f</span></i></span><span style="" lang="IT">, <o:p></o:p></span></p> <p><span style="" lang="IT">Dimana </span><i>λ</i><span style="" lang="IT"> adalah panjang gelombang, <i>f</i> adalah frekuensi, <i>v</i> adalah kecepatan cahaya. Kalau cahaya bergerak di dalam vakum, jadi <i>v</i> = <i>c</i>, jadi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt;"><span class="texhtml"><i><span style="" lang="IT">c</span></i></span><span class="texhtml"><span style="" lang="IT"> = </span>λ</span><span class="texhtml"><i><span style="" lang="IT">f</span></i></span><span style="" lang="IT">, <o:p></o:p></span></p> <p><span style="" lang="IT">di mana <i>c</i> adalah laju cahaya. Kita boleh menerangkan <i>v</i> sebagai <o:p></o:p></span></p> <p><span style="" lang="IT"><span style=""> </span>v = \frac {c} {n}<o:p></o:p></span></p> <p style=""><span style="" lang="IT">di mana <i>n</i> adalah konstan (</span><a href="w/index.php" title="Indeks biasan (belum dibuat)"><span style="color: windowtext;" lang="IT">indeks biasan</span></a><span style="" lang="IT">) yang mana adalah sifat material yang dilalui oleh cahaya.<o:p></o:p></span></p> <h2><span class="mw-headline"><span style="font-size: 12pt;" lang="IT">Panjang Gelombang Tampak</span></span><span style="font-size: 12pt;" lang="IT"><o:p></o:p></span></h2> <p><span style="" lang="IT">Cahaya tampak adalah bagian spektrum yang mempunyai </span><a href="wiki/Panjang_gelombang" title="Panjang gelombang"><span style="color: windowtext;" lang="IT">panjang gelombang</span></a><span style="" lang="IT"> antara lebih kurang 400 </span><a href="wiki/Nanometer" title="Nanometer"><span style="color: windowtext;" lang="IT">nanometer</span></a><span style="" lang="IT"> (<i>nm</i>) dan 800 nm (dalam </span><a href="wiki/Udara" title="Udara"><span style="color: windowtext;" lang="IT">udara</span></a><span style="" lang="IT">).<o:p></o:p></span></p> <p><b style=""><span style="" lang="IT">Lensa</span></b><span style="" lang="IT"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="" lang="IT"><!--[if gte vml 1]><v:shape id="_x0000_i1028" type="#_x0000_t75" style="'width:135pt;height:100.5pt'"> <v:imagedata src="file:///C:\DOCUME~1\Dyva-13\LOCALS~1\Temp\msohtml1\01\clip_image007.jpg" title="180px-Lenso"> </v:shape><![endif]--><!--[if !vml]--><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/Dyva-13/LOCALS%7E1/Temp/msohtml1/01/clip_image007.jpg" shapes="_x0000_i1028" border="0" height="134" width="180" /><!--[endif]--><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="IT">Secara umum lensa dibagi menjadi 2 jenis yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Pada lensa cekung cahaya yang sejajar dan dekat dengan sumbu optik (<i>paraksial</i>) dibiaskan menyebarseakan-akan berasal dari suatu titik fokus maya di belakang lensa, oleh sebab itu lensa cekung dikatakan bersifat <i>divergen</i>. Sedangkan pada lensa cembung cahaya paraksial dibiaskan menuju ke titik fokus nyata di depan lensa, sehingga lensa cembung dikatakan bersifat <i>konvergen</i>. Jarak antara lensa dengan titik fokusnya dinamakan jarak fokus<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style=""><span style="" lang="IT">Sumber :<o:p></o:p></span></p> <p><span style="" lang="IT">Dikutip dari<i style=""> <b style=""><u>www.Google.co.id</u></b><o:p></o:p></i></span></p> <p class="MsoNormal"><span style="" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p>MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6201837848557370192.post-80334724179099459202008-03-24T22:14:00.000-07:002008-03-24T22:44:54.174-07:00teater penggerak budaya bangsa<p align="center"><b><span style="font-family:Arial;font-size:130%;">Teater sebagai Gerak Budaya</span></b></p> <span style="font-family:Arial;font-size:85%;"> Menurut Subagio Sastrowardoyo, Dalam Bakat Alat dan Intelektualisme, seni merupakan unsur ekspresi yang paling penting di dalam budaya. Seni bahkan sering juga disamakan belaka dengan budaya. Budaya sendiri memiliki makna yang lebih luas dalam bidang lingkupnya daripada seni belaka, tetapi dalam fungsinya mengucapkan pengalaman kemasyarakatan dan kemanusiaan, senilah yang paling sanggup menyuarakan pengalaman itu dengan lebih langsung, menyeluruh dan lengkap. Ekspresi seni, apa pun bentuk dan gayanya, adalah total, sekaligus dan tanpa sisa. Kehidupan budaya menemukan pada seni alat ekspresinya yang paling tepat dan utuh. Karena itu tidaklah jauh dari kebenaran, hingga muncul identikasi budaya dan seni.<br /> Tulisan ini mencoba mengurai benang merah apa yang pernah dilakukan oleh para teaterawan, yang akhir-akhir ini rasanya kehilangan ”kreativitasnya”. Sementara itu, gerak budaya lewat aksi-aksi teaterikal justru muncul dari kalangan aktivis, baik buruh, mahasiswa, maupun LSM. Mereka tidak lagi terkungkung dengan batas ruang pementasan. Tempat bisa saja di jalanan, plaza, timbunan sampah, depan walikota, gedung DPR/MPR, kebun, maupun trotoar. Tema pun bisa tentang apa saja, semisal dalam menyikapi hari lingkungan hidup, hari bumi, hari buruh, hari anak, maupun dalam menanggapi kebijakan pemerintah kenaikan BBM, kebijakan sampah.<br /> Apa pun pilihan bentuk, isi pementasan atau aksi akan menjadi tanda, cara, strategi kebudayaan dalam mempengaruhi, merespons kondisi sosial dan budaya yang sedang terjadi. Dari pilihan-pilihan strategi ini, nantinya diharapkan semangat para teaterawan tergugah untuk kembali berkreativitas. Dan, dari alternatif-alternatif yang ada mereka dapat menentukan apa yang harus dilakukan. Dalam hal ini, kebenaran menjadi kata kunci yang selalu diagungkan dalam wujud pementasannya. Kebenaran juga berkait erat dengan kebaikan dan keindahan. Pada akhirnya, wujud seni pementasan teater juga akan mempengaruhi keefektivitasan gerak budaya pada tataran selanjutnya. <br /> <br /> Seni untuk Masyarakat<br /> Secara garis besar, bila kita cermati perjalanan para teaterawan di Tanah Air selama ini, ada enam kecenderungan dalam cara penyampaian dan berekspresi.<br /> Yang pertama merupakan manifestasi budaya massa. Jadi, benarkah budaya massa—TV, majalah, koran, iklan—begitu mempengaruhi kondisi berkesenian kita? Karena banyak pementasan yang menyiratkan adegan sinetron, misteri, detektif, dan film laga. Yang mengharu-biru penonton dengan realitas di angan-angan; watak budaya massa. Bisa jadi tanpa sadar para pelaku pementasan yang bernapas budaya massa adalah produk gilang-gemilang rekayasa budaya Orde Baru yang memang membatasi gerak budaya. Budaya kritis dan analitis terhadap keadaan selama 32 tahun telah dibungkam. Maka lahirlah budaya massa yang bersifat menyenangkan saja, wishful thinking, realitas yang terjadi di dalam lamunan saja. Hal ini memang dikehendaki Orde Baru agar tak ada lagi yang mampu mengkritik kenyataan sosial-budaya yang saat itu terjadi, yang sebenarnya membekap daya cipta dan daya hidup masyarakat. Justru fenomena pementasan seperti ini secara sosiologis telah mengungkapkan ketertindasan itu secara jujur dan tanpa disadari.<br /> Akhirnya mereka menyikapi naskah dengan asal jadi pertunjukan, baik naskah bikinan sendiri maupun adaptasi. Yang muncul di pentas tak lain konflik fisik dan kata-kata, karakter tunggal: flat character menguasai pementasan. Bentuk seninya masih dicari-cari dengan kreativitas yang belum begitu terasah. Akhirnya usaha seni yang mestinya mampu memberi kontribusi gerak budaya yang berarti belum tercapai. Akibatnya, kesadaran sosial dan kemasyarakatan menjadi terabaikan. Untuk pementasan, umumnya mereka memilih panggung atau gedung. Mungkin dalam benak mereka panggung dan gedung merupakan syarat utama sebuah pertunjukan teater. Bisa kita simak, sebagai contoh dari kasus yang pertama adalah teater-teater dadakan, baik dalam lomba teater maupun dalam pementasan-pementasan tujuh belasan, hari ulang tahun.<br /> Bentuk kedua membuat dan memperlakukan naskah dengan cara bermain-main. Modal mereka cenderung melawak, seperti gaya srimulat dan komedi. Kecenderungan ini bisa mengoptimalkan unsur satire dan komedinya jika pelaku menahan nafsu melawak. Memang seni adalah ekspresi kreatif, tanggapan, dan renungan seniman terhadap masyarakatnya. Ekspresi yang muncul pun bisa jadi bersifat hiburan. Akhirnya, yang mengemuka hiburan semata dan tema sosial, politik, budaya menjadi tidak begitu penting. Alhasil sumbangan terhadap gerak budaya juga tak banyak. Mungkin yang bisa menyelamatkan pementasan-pementasan semacam ini hanyalah segi hiburan yang direspons sebagai ajang ”pelarian” dari impitan kehidupan yang penuh kekerasan. Padahal, bila digarap dengan baik, bukan tidak mungkin pementasan semacam ini menjadi alternatif yang menyegarkan. Setidaknya, kita bisa menertawakan diri sendiri.<br /> Ketiga, meski dikemas rapi dan baik, pertunjukan meninggalkan lubang besar pada kejiwaan tokoh-tokohnya. Kelompok ini sebenarnya cukup menguasai teknik teater. Namun, mereka kerap tergoda dengan hasrat pemberontakannya sehingga tidak sabar dan tidak jeli dalam menggarap teknik penyampaian (khususnya) di naskah. Dan rupanya kredo dari kelompok-kelompok ini memang sudah mengkhususkan diri yakni teater kesadaran yang didaktis. Jika kelompok ini bisa keluar dari rasa ”amarah” yang berlebihan, tentu hasilnya akan merupakan bentuk seni yang menarik. Seni bukanlah entitas yang mati, melainkan menjadi gerakan kesadaran. Ia dinamis sejalan dengan kesadaran manusia. Bentuk seninya akan menggoncang kesadaran manusia-manusia yang dikooptasi budaya birokrasi dan kesewenang-wenangan penguasa: dalam arti rekayasa budaya. Dan akhirnya seperti yang dikatakan George Lukas, seni dalam bentuk ini akan menunjukkan spiritnya yang sejati, menggeliat, meronta, berteriak melawan situasi yang menindas, menghancurkan kemanusiaan. Karena itu sejalan dengan daya hidup manusia dan gerak budaya sebenarnya. Karena modal utama kekritisan dan daya analisis yang secara akal budi terhadap fenomena kemasyarakatan yang sedang terjadi mereka kuasai. Sehingga bentuk seninya akan mampu menerobos ke masa depan.<br /> Keempat, memilih naskah yang sublim, tetapi ekspresi seninya kurang mendapat porsi yang optimal. Sebenarnya, mereka bisa menggarap lebih jeli lagi, mengerahkan segala daya kreativitas untuk mewujudkan kompleksitas karakter: round character. Pementasan mereka akan lebih memberikan siraman rohani. Batin kita merupakan roh dari gerak budaya. Mereka mampu menyebarkan gagasan, tema yang penting guna pencerahan masyarakat yang telah dikepung segala silang sengkarut kenyataan. Mereka akan mampu merefleksikan daya cipta yang mereka temukan secara sublim dari ruang batin masyarakat yang tengah dikooptasi, dibungkam. Bila dapat mengoptimalkan bentuk seninya, kelompok-kelompok semacam ini adalah potensi besar bagi perteateran kita.<br /> Kelima, fenomena lain yang kerap kita jumpai dalam pementasan teater, baik di gedung kesenian maupun di kampus-kampus. Munculnya pertunjukan yang penuh dengan konflik kata-kata, konflik fisik, konflik adegan, terampil beratraksi, pandai beretorika, mencomot sana-sini istilah yang lagi keren di periklanan, digabungkan dengan teknologi, politik dan dihampirkan pada agama, jadilah pementasan teater. Ditambah penguasaan medium lewat trik-trik adegan, jadilah pertunjukan yang menakjubkan inderawi, bagai film futuris atau sirkus. Urusan peran untuk sementara dilupakan.<br /> Yang lebih penting adalah apa yang ingin disampaikan dalam pementasan, khususnya yang menyangkut demokrasi, HAM, rakyat kecil, dan kemiskinan telah mampu tersampaikan dalam pementasan itu. Pementasan menjadi alat untuk mencapai tujuan tertentu yang berujung pada kemanusiaan. Maka terjadilah sebuah revolusi dalam teater yang konon dikembangkan kaum pembaharu yang tidak puas pada ”seni untuk seni”. Maka yang penting adalah seni untuk masyarakat. Apalah gunanya seni bila tidak bicara tentang kehidupan masyarakat yang tertindas.<br /> Keenam, mereka bersikap santai dalam menyikap kehadiran ruang pementasan. Tak perlu gedung khusus untuk memanggungkan karya-karya mereka. Yang penting, maksud dan tujuan pementasan bisa sampai ke masyarakat luas. Bentuk seninya umumnya berupa performance art di jalan-jalan, pasar, swalayan, kampus. Tujuannya mengkritik isu yang sedang berkembang, semisal kerusakan lingkungan, pengusuran, kekerasan dan lain sebagainya. Istilahnya seni instan—yang nota bene juga cukup efektif untuk membangun gerak budaya menuju demokratisasi. Pementasan-pementasan semacam ini yang akhir-akhir ini marak, sebagai sikap budaya tanding terhadap budaya global-arus besar yang mendesakkan kepentingan mereka.<br /> Dari berbagai kecenderungan pementasan ini, kita dapat menentukan pilihan terhadap kelompok teater. Dari berbagai kelemahan yang ada, baik kurang optimalnya daya ekspresi–bentuk dan isi maupun wawasan nilai sastranya. Diharapkan dalam kesempatan mendatang kelompok-kelompok tersebut dapat membenahi diri, bukan hanya katarsis inderawi semata. Hal ini berkait dengan potensi—SDM—bagi jagad perteateran kita. Keseimbangan antarkeduanya adalah hal yang sangat penting di dalam karya teater-sastra. Keseimbangan keduanya akan memunculkan kebenaran dalam berkesenian yang bisa menerobos melampaui batas-batas moral yakni gambaran-gambaran keadaan yang humanis. Dalam titik ini ukuran estetikanya, bentuk seninya berperan membimbing manusia dalam melakukan pencarian berbagai bentuk kemungkinan masyarakat humanis, gerak budaya yang lebih demokratis.<br /> Memang karya sastra yang baik juga haruslah menyuarakan semangat zaman, zeitgeist. Atau lebih dalam lagi, ia tak akan lekang oleh waktu. Namun dengan semangat zaman yang temporer dan membabi-buta, ia tak lebih sebagai sebuah propaganda yang nilainya cuma sesaat. Tak ada kedalaman renungan hidup. Yang ada hanyalah usaha penumpulan kecerdasan dan kehalusan budi kita—tidak memberi keaktifan, pertanyaan dan kegelisahan hidup—padahal kerja kebudayaan adalah sebaliknya. Di sinilah letak dilematis ekspresi seni teater dan umumnya. Dan di sini pula letak pentingnya kedudukan seni di dalam kehidupan. Ia bukan lokomotif demokrasi tapi ia gerak roh budaya demokrasi itu sendiri. Yang akan membimbing manusia di dalam menempuh gerak budaya, kapan pun manusia hidup secara lebih manusiawi.<br /><br /><br /></span><div style="text-align: right;">dikutip dari:<br />harian umum sinar harapan<br />penulis: s. yoga.<br /><br /><br /></div><span style="font-family:Arial;font-size:85%;"> </span>MY E-HOUSEhttp://www.blogger.com/profile/17914386549652643341noreply@blogger.com0